Sebastian yang melihat dari kejauhan Karlina terjatuh, ia berlari menghampiri dan membantunya.
“Jangan sentuh aku, jangan!” tolak Karlina agar Sebastian menjauh. Tolakan bantuan itu diiringi dengan suara parau dari tangisannya. Pipinya memerah padam, tetapi rasa sakitnya mendera di sekitar hati.
“Apa yang terjadi?” tanya Sebastian penasaran. Karlina berusaha menutupi wajahnya yang lebam dan tatanan rambutnya yang berantakan.
“Karlina, apa yang terjadi? Apa suamimu itu menyakitimu?” sambung Sebastian menyakinkan dirinya.
“Apa ini kurang jelas? Hah … kurang jelas terlihat!” sergah Karlina yang memperlihatkan lebam di wajahnya.
Sebastian terkejut melihat memar-memar di wajah Karlina yang membuatnya bengkak.
“Biarkan aku mengantarmu, oke?” pinta Sebastian sembari mencegah tangan Karlina membuka pintu mobil.
“Aku muak dengannya, aku muak dengan diriku sendiri!” erang Karlina merasa muak dengan dirinya sendiri, jijik dengan dirinya yang selalu memaafkan Robbie.
“Karlina, biarkan aku membantumu,” bujuk Sebastian, dengan lemah Karlina dituntun masuk ke dalam mobil di sebelahnya, memasangkan sabuk pengaman kepada Karlina. Lalu, ia masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobil itu.
Sebastian tidak sampai hati meninggalkan Karlina setelah apa yang terjadi padanya karena ulahnya. Hanya karena mengajak Karlina berbincang-bincang membuat Robbie begitu murka hingga melayangkan pukulan ke wajah cantiknya. Bagaimana bisa seorang laki-laki yang mencintainya melakukan itu.
Sepanjang perjalanan, Sebastian merenungkan perbuatannya malam ini di Pesta yang membawa kemalangan untuk Karlina. Tidak menyangka jika menyapa seseorang di dalam Pesta akan menyeretnya ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Ia merasa bertanggungjawab atas yang menimpa Karlina, bahkan ia merasa terlibat lebih jauh. Entah apa yang dirasakan hatinya, tetapi Sebastian merasakan sesuatu dengan Karlina.
Karlina wanita istimewa yang sangat berbeda yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Sebastian merasa wanita itu sangat menarik, begitu anggun, lembut dan cantik. Bohong jika ia melihatnya pertama kali tidak tertarik dengan lekukan tubuh dan siluet indah wajahnya. Matanya dan hatinya tidak bisa berbohong jika ia tertarik melihat fisik Karlina yang aduhai.
Namun, melihat kemalangan yang dirasakan wanita yang dipujanya itu, membuatnya ingin terjun bebas untuk menyelamatkannya. Selintas, pikirannya ingin membawa pergi Karlina ke dunia di mana hanya ada ia dan dirinya.
“Aku ingin membawamu pergi, kabur ke dunia di mana kita bisa bebas melakukan apa saja,” ajak Sebastian mendadak. Sebastian tidak menyangka kalau dari mulutnya akan ke luar kata-kata seperti itu. Mengajak istri seseorang untuk melarikan diri dengannya. Karlina dengan mata terpejam karena mabuk, hanya tersenyum sinis mendengarnya. Ia tidak bisa membedakan mana yang terdengar nyata atau ilusi dari pengaruh alkohol yang diminumnya.
Karlina mengangguk-angguk hingga kepalanya hampir terantuk jendela mobil. Melihat itu Sebastian menepikan mobilnya, menurunkan sandaran kursi Karlina ke belakang. Dengan jelas ia bisa mencium aroma wangi tubuh Karlina dan wajahnya yang sangat cantik meskipun dalam keadaan mabuk.
“Seandainya kita bertemu lebih awal, mungkin aku akan menjadi laki-laki paling bahagia di dunia ini.”