Nyanyian merdu di pagi hari dari kicauan burung-burung yang hinggap di pinggir balkon kamar utama. Karlina mendengar dengan jelas nyanyian burung gereja atau condet blankon bersahutan yang sering ditemuinya ketika membuka jendela. Mendengar kicauan itu Karlina bisa membayangkan jika saat ini ia sedang melihat mereka yang bergerombolan seperti kelompok paduan suara di atas panggung.
Burung-burung yang selalu membangunkan Karlina untuk memulai hari. Pada bagian kepalanya yang berwarna hitam seperti memakai blankon memunculkan keceriaan di wajah Karlina. Dan juga karena tubuh burung-burung itu yang sangat mungil, lucu tetapi mengeluarkan suara yang riang membuat Karlina menjadi terhibur.
Matanya yang masih terpejam tidak ingin bangkit segera membuatnya menarik selimut kembali. Gerakkan tangan yang perlahan menyentuh pinggangnya dan menarik lengkuhan tubuh Karlina ke dalam dekapannya. Karlina merasakan hembusan napas seseorang yang memeluknya dari belakang.
Lalu, sentuhan itu mulai meraba bagian-bagian tubuh Karlina yang menyalakan gairah pagi harinya. Desahan Karlina terdengar oleh seseorang yang melakukan gerilya pada tubuhnya. Membangkitkan gejolaknya untuk melakukan lebih dari sekadar sentuhan. Gerilyawan itu lebih bernapsu untuk melancarkan serangan daripada bersembunyi menyusuri goa-goa yang sulit diterjemahkan.
Gerilyawan itu berusaha menindih Karlina yang mulai merasakan kenikmatan. Tiba-tiba Karlina membuka mata, ia terkejut jika apa yang dibayangkannya bukan Nathan, ternyata Robbie yang ingin menguasainya. Karlina mulai memberontak ketika seorang Penjajah ingin memaksakan paham-paham asing agar takluk dan mengikuti keinginannya.
“Tidak, Robbie, tidak!” tolak Karlina berusaha melawan. Robbie tidak menghiraukannya, ia tetap saja gencar melakukan serangan, menghujaninya dengan cumbuan.
“Aku tahu kamu menginginkannya, jangan munafik,” bisik Robbie. Karlina tetap pada pendiriannya, memberontak sekuat tenaga, bahkan ia membuang wajahnya dengan menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya.
Robbie berusaha melerai silangan pemberontakkan itu dengan kekuatan supernya, dengan persenjataan mutakhir untuk melumpuhkan Karlina. Memberinya sentuhan-sentuhan dan paksaan untuk membuka kakinya lebar-lebar.
“Hentikan, Robbie. Aku membencimu, kamu pikir aku wanita murahan yang bisa kamu perlakukan seenaknya,” geram Karlina. Ia memberanikan diri untuk mengatakan kepada Penjajah itu bahwa tidak bisa seenaknya merampas apa yang bukan miliknya.
“Kamu milikku, kamu istriku, tidak ada yang boleh membuatmu tertawa seperti itu!” ungkap Robbie yang menjelaskan kecemburuannya tadi malam, rasa memiliki yang sangat besar.
“Kamu gila, Robbie. Lepaskan, aku. Anak-anak akan bangun, aku harus mengantar mereka Sekolah,” kilah Karlina.
Plaakk!
Tamparan itu kembali melayang ke wajah Karlina, Robbie menatap Karlina jijik.