Seharian Robbie tidak pulang, hingga malam pun ia tidak menampakkan dirinya di depan Karlina. Pikiran Karlina tentu saja terbersit kalau Robbie tidak akan pulang malam ini. Robbie pasti bermalam di tempat Karen atau wanita muda lainnya. Ia sengaja melakukannya untuk membuatnya semakin marah.
Karlina berusaha tidak memedulikan semua perilaku busuk Robbie, tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia masih peduli. Ia masih menahan sekam kemarahan karena Robbie tidak pulang, bahkan tidak memberinya kabar. Namun, Karlina berpura-pura tidak menghiraukan apapun yang dilakukan suaminya itu.
Telepon genggam dipegangnya sembari melihat nomor kontak suaminya, berkali-kali ia ingin menghubunginya dan menanyakan di mana ia berada, tetapi berkali-kali pula pikirannya selalu menolaknya. Karlina berada di kegamangan pikirannya sendiri, ada perasaan di mana ia tahu jika sedang dipermainkan oleh suaminya. Namun, ia tetapi saja terperangkap dalam permainan itu. Akhirnya, Karlina memutuskan untuk tidak mencaritahu di mana suaminya itu berada.
Melempar ponsel yang sejak tadi hampir membuatnya gila. Sementara, Robbie yang berada di atas ranjang Karen, berlaku sama sedang memandangi ponselnya. Ia berharap Karlina menghubunginya, perasaan yang benar-benar konyol baginya. Robbie merasa senang dengan permainan tarik ulur itu. Tetapi, justru ia terjebak dalam permainan itu sendiri, Karlina benar-benar mengacuhkannya.
Sialan wanita itu, ia benar-benar tidak peduli.
Karen yang baru saja selesai memasak makan malam begitu senang melihat Pria yang dicintainya berada di rumahnya sepanjang hari. Ia berharap, Robbie mau tinggal dengannya lebih lama dan tidak pulang ke rumah Karlina.
Setelah menyiapkan masakan di atas meja, Karen menghampiri Robbie yang masih bermalas-malasan dengan memainkan gawainya. Dalam hati Karen, ia tahu jika Pria itu sedang menunggu panggilan dari istrinya yang bodoh, yang tidak tahu jika Pria dihadapannya sangat berharga.
“Masih menunggu telepon dari Wanita Sinting itu?” sindir Karen menolak pinggang di ambang pintu. Ia tidak tahan melihat kebodohan Robbie yang masih saja berharap banyak dari istrinya.
“Peduli apa kamu!” celetuk Robbie begitu dingin. Bahkan, ia tidak memandang wajah Karen dengan matanya, ia hanya memandang ponselnya ketika berbicara dengan Karen.