Ketika mereka kembali ke rumah terlihat wajah Karlina yang lebih segar ketimbang hari-hari biasanya. Perasaannya juga lebih baik setelah Nadiyah membantu dan menemaninya berbelanja. Ia tidak menyangka kehadiran Nadiyah cukup meringankannya, sudah lama ia tidak berinteraksi dengan orang lain di rumah itu. Robbie yang berada di atas balkon kamarnya melihat perubahan Karlina yang terlihat berseri-seri meskipun hari semakin petang menjelang malam. Nadiyah mencoba untuk membawa kantong-kantong belanja yang melebihi kapasitas tangannya menggenggam, hingga berjatuhan.
Pakaian anak-anak ke luar dari kantong belanjaan tanpa sengaja menyentuh lantai. Nadiyah segera menjumputnya dan memasukkannya ke dalam kantong bermerk mahal itu. Karlina menarik napas dalam-dalam melihat kecerobohan Nadiyah, tetapi dengan santai ia mengambil kantong belanjaannya.
“Jangan memaksakan kekuatanmu, bawa saja barang-barang milikmu,” tegur Karlina.
“I-iya, Bu.” Nadiyah melepaskan jemari yang mengepal kantong pakaian anak-anak dan berpikir akan kembali menurunkan barang-barang setelah menaruh beberapa di dalam.
Karlina sempat melirik ke atas di mana Robbie yang sedang mengawasinya, di sana ia terlihat seperti seorang Raja angkuh yang hanya bisa melihat permaisurinya sedang kesusahan tak ingin mengotori tangannya sendiri.
“Bagus, kamu tidak ingin membantu apa-apa,” gumam Karlina merasa jengkel. Sedangkan, Robbie hanya memandangi istrinya itu hingga tidak terlihat lagi. Giliran Nadiyah yang terbirit-birit berlari kecil sembari membawa kantong-kantong belanjaan. Sebanyak dua kali bolak balik membawa belanjaan itu agar semuanya selesai. Ditambah Nadiyah harus menata semuanya ke dalam almari khusus.
Karlina memberikan arahan di mana barang-barang itu harus diletakkan. Ia tidak ingin Nadiyah salah dan mengubah penempatannya. Karlina tidak suka dengan perubahan di luar sepengetahuannya, hal itu bisa membuatnya sangat gusar.
Letakkan itu di sini, dan di sini!
Jangan letakkan pembersih kaca ini di dekat kompor, ingat!
Perintah Karlina yang menjelaskan aturan di rumahnya.
Lalu, setelah selesai mengorganisir semuanya, Nadiyah membantu Karlina untuk menyiapkan makan malam. Karlina membuat jus sayuran yang disukainya, sedangkan Nadiyah menyetim ikan laut dengan rempah-rempah. Karlina selesai membuat jus dan menuangkannya di gelas bening yang membuat jus berwarna hijau pekat itu begitu kentara.
Karlina mulai menyesap jus sayuran itu dengan bantuan sedotan. Wajah Nadiyah berubah jijik dan merasa mual ketika melihat Karlina begitu menikmati jus-nya.
Uweek!
Nadiyah yang terserang rasa mual dan tidak tahan melihatnya.
“Maaf, Bu, s-saya tidak sengaja,” kata Nadiyah. Karlina yang mendengar suara mual Nadiyah tidak lantas memengaruhinya, ia tetap saja menyeruput jus itu hingga habis dihadapan Nadiyah. Tidak peduli jika Nadiyah menutupi mulutnya untuk menyembunyikan perasaan ingin muntah.
Aahh!
Decak puas Karlina setelah menelan semua saripati sayuran dalam satu gelas besar. Setelah itu, Karlina memberikan gelas itu untuk dicuci Nadiyah dan beranjak ke kamarnya. Sebelumnya, Karlina memintanya agar menyediakan makan malam pukul 18.30 untuk Robbie setelah selesai memasaknya.
“Jangan sampai telat, ya!” perintah Karlina.