Blurb
Ada rasa yang bisa kita lupakan dengan mudah. Ada rasa yang sulit kita lupakan meski waktu silih berganti.
Ketika rindu muncul saat usaha melupakan lalu menggelitik hati tanpa disadar, apa yang terjadi ketika yang dirindukan muncul dihadapan?
Akankah rindu itu hilang membuncahkan bahagia?
Atau rindu itu akan semakin menyitas hati mengikat rasa yang seharusnya pergi?
Ataukah sang rindu justru menguliti luka yang ternyata masih terasa perih?
Diusiaku yang menginjak tahun ke 26, aku merasa semuanya sudah cukup. Cita-citaku sudah tercapai. Meskipun masih diborong pertanyaaan perihal pasangan, telinga dan hatiku sudah kebal. Aku masih belum butuh pasangan karena dengan diriku sendiri pun aku sudah bahagia. Semua orang yang aku cintai pun selalu ada disisiku.
Perasaan dan keyakinan itu mulai goyah ketika aku menerima satu panggilan video salah satu sahabatku. Aku yakin sudah melupakan rasa pada pria yang membuatku kini antipati terikat hubungan apalagi mencintai seseorang. Tapi semua usahaku runtuh hanya karena satu siluet dan beberapa kata dari suara yang sudah lama tidak terdengar. Juga satu nama yang aku hindari.