Different

Oleh: Zahir

Blurb

Malam itu aku lagi lagi mendengar perdebatan, lagi lagi mendengar banyaknya bunyi berang pecah. Aku hanya bisa menunduk memeluk lutut, menggigit bibir agar suara isakku tak terdengar. Aku bosan, aku lelah, aku benci, benci dengan takdir hidupku. Harus seberapa sakit lagi kutanggung, harus seberapa lama lagi rasa sesak ini kutahan.

Semua orang menjauhiku, mengatakan aku sebuah kalimat yang membuatku berhenti, berhenti dengan semua kata baik. Aku sudah lelah menjadi orang baik yang tak pernah dihargai, aku sudah lelah menjadi orang baik yang selalu dikhianati. Biarkan kata jahat terluncur dari setiap bibir mereka, biarkan kata jahat yang setiap harinya ditujukan untukku.

Aku marah pada dunia, aku marah pada takdir, aku benci dengan jalan hidupku sendiri. Masa kecilku tak seindah masa kecil mereka, hidupku tak seindah pemikiran mereka. Jika aku sudah putus asa, pasti kuakhiri hidupku ini. Katanya, namaku memiliki arti harapan dan bintang jatuh. Ya, harapan yang tak pernah ingin hinggap di kehidupanku, dan bintang jatuh yang tak pernah bersinar, yang tak pernah berbunyi, dan tak pernah diketahui oleh seluruh orang.

Aku ingin memutar waktu, kata kata yang selalu disebutkan oleh mereka yang membenci hidupnya, kata kata yang selalu disebutkan oleh orang bodoh, seperti aku bukan?.

Waktu dimana ada seseorang yang dengan manisnya mengulurkan tangannya kepadaku, waktu dimana aku dengan bodohnya malah membuat dia pergi, malah membuat diriku sendiri terjebak dalam kata benci yang selalu orang orang katakan. Kata mereka aku tak sedih, kata mereka aku bahagia, kata mereka aku tak merasa bersalah?!. Mereka yang membuatku bodoh selama ini, mereka yang membuatku terkurung dengan perasaan bersalahku.

Siapa yang sebenarnya memerankan peran antogonis di sini, aku, atau mereka?.

Lihat selengkapnya