Different

Zahir
Chapter #2

Ingin Dia Kembali

Membuka mata, memandang langit yang sudah tak terlalu cerah. Aku menarik nafas sebelum akhirnya duduk dari posisi tidurku. Hanya termenung mengingat mimpi tadi yang terasa begitu nyata.

Kembali berjalan di jalan setapak, dan di sudut sudut taman yang sudah mulai rame, karena hari pun sudah mulai sore dan matahari tak bersinar seterang tadi. Memasuki halaman rumah dan mobil itu masih ada. Mau enggan bagaimana lagi, kalau tidak pulang aku harus kemana. Kuseret langkahku sampai ke depan pintu rumah. Membuka sepatu dan menaruhnya di rak samping pintu. Membuka pintu rumah begitu saja tanpa ada ucapan salam atau bahkan hanya sekedar "aku pulang" seperti kebanyakan orang orang lakukan.

"Vega, darimana kamu, nenek daritadi di sini nunggu kamu pulang loh," suara yang amat lembut.

Suara itu hanya kudengar ketika mereka hanya ingin bersandiwara di depan orang lain. Aku muak, sudah muak mendengar mulut manis mereka yang hanya dijadikan untuk bahan bersandiwara. Mau apa mereka bersandiwara, ingin melihatkan betapa bahagianya keluarga ini di depan banyak orang?. Heh, basi.

"Habis dari taman mah," tersenyum getir sengaja mengikuti alur sandiwaranya.

"Wah Vega sudah gadis ya, berbeda dengan terakhir kali nenek bertemu denganmu," memutar mutar tubuhku.

Aku hanya tersenyum. Nenek mana pernah tau semua hal tentang keluarga ini. Terakhir kali bertemu, saat insiden itu, aku masih ingat dengan jelas. Seenaknya saja mereka membawaku ke dalam tempat ini, membuatku harus meninggalkan kediaman nenek yang begitu nyaman untuk kutinggali, heh lagipula aku yakin tempat itu takkan terasa nyaman lagi untukku. Sedangkan adik adik dititipkan pada nenek, dan sengaja mengurungku di dalam sini.

"Vega tidak rindu dengan Rasma, dia sangat rindu denganmu. Setiap hari bertanya kapan bisa ketemu kamu," tersenyum.

"Tidak nek, Vega tidak pernah rindu dengannya," membuat seluruh orang yang ada di ruang tamu menatap kearahku.

Tatapan mamah yang paling kuhindari. Dimana tatapan setajam elang yang memaksaku untuk bersandiwara dengan baik. Aku tidak tau dimana papah, dan tidak pernah mau tau. Di ruang tamu itu hanya ada nenek, mamah, dan beberapa orang lagi yang tak kutau, dan aku juga tak ingin tau siapa mereka.

"Malah Vega sudah lupa, kalo Vega punya adek. Vega punya adek nek?" membuat semua orang yang ada di dalam sana menatapku heran.

"Vega tak ingin memainkan sandiwara ini, lebih baik Vega jujurkan," semakin membuat semua orang yang ada di dalam sana heran yahh kecuali mamah.

Aku tak tau seperti apa saat ini mamah tengah menatapku, aku hanya berlalu begitu saja dari sana, berjalan kearah kamar.

Lihat selengkapnya