Different

Zahir
Chapter #4

Dia Yang Kembali Untukku

"Vega, sekali kali kamu beresin rumah bisa gak?!!"

Aku hanya diam, melanjutkan menonton tivi sambil memakan cemilan.

"Vega!" menaikkan nada suaranya.

"Apa mah?!" terdengar berisik di telingaku.

"Mamah minta kamu beresin rumah, sekarang!" menatapku nyalang.

"Suruh aja kakak," kembali melanjutkan menonton tivi.

"Vega, mamah nyuruhnya kamu, bisa gak nurutin mamah sekali aja!!" lebih ke pemaksaan.

"Untuk apa?" tanpa menatapnya.

"Untuk apa kamu tanya. Kamu mau tinggal di rumah kayak gini, udah kotor, gak terurus lagi!"

"Yaudah tinggal kirimin Vega ke tempat nenek, bereskan," masih tanpa menatapnya, dan yaa sebenarnya pun aku juga malas ke kampung itu, dimana semuanya sudah berbeda.

"Kamu juga tinggal di sini Vega. Kamu hidup di sini, tumbuh di sini. Kalo gak ada mamah kamu gak makan!. Tetap mau ke rumah nenek kamu, nyusahin nenek aja disitu. Ini aja disuruh gak mau."

"Apa mah, bukannya mamah yang nuntut aku buat tinggal di dalem sini. Sekarang kenapa malah menggerutu. Mamah kira aku seneng tinggal di dalem sini. Ini ni penjara bagi aku mah, penjara!" teriakku menatap mata mamah tajam.

"Udahlah Vega, mamah capek debat sama kamu," memijit pelipisnya sambil berlalu dari ruang tengah.

"Vega juga capek denger teriakan mamah sama papah tiap malem!" teriakku tak tahan.

Mamah langsung berhenti, entah kenapa. Kemudian melanjutkan langkahnya kembali tanpa menoleh kearahku.

Gak ngerespon kan kalo setiap aku ngucapin kata kata itu. Capek juga ya rasanya ngucapin sebuah kalimat yang berulang ulang, tapi gak pernah digubris.

"Emang cuma aku anak mamah, di dalem sini juga ada kakak, kenapa cuma aku yang tiap harinya menjadi bahan suruhan?" tersenyum miring.

###

Malam ini lagi lagi aku harus menutup mata dan menahan isakan. Aku lelah mendengarnya setiap malam, aku capek harus melakukan ini setiap malam. Aku tidak pernah tau apa yang mereka perdebatkan, apa yang mereka ributkan. Sesulit itukah menjalani hidup sebagai suami istri. Mamah memang tidak pernah main kekerasan denganku, tapi aku benci setiap kata penegasan yang diucapkannya, benci setiap tatapan tajam yang ia berikan. Kalo papah jangan ditanya, setiap aku bertemu papah pasti selalu ada kekerasan yang diberikannya, karna aku tak pernah bertemu dengan papah diwaktu yang tepat. Papah pun jarang pulang, pasti pulangnya selalu saat sudah larut.

Lihat selengkapnya