"Hei Vega," berjalan mencodongkan wajahnya di depan wajahku.
"Ih paan si Ro," jutek.
"Pagi pagi udah jutek aja neng," sambil berjalan di sampingku.
"Ter-se-rah gu-e!" sedikit mencondongkan wajahku kearah Juro sebelum akhirnya berjalan lebih dulu.
"Ve, pulang sekolah mau kemana?" ketika sudah sampai di sebelahku.
"Ya pulang, emang kemana lagi?"
"Udah ada ketemu Hara kemarin?" memecahkan keheningan.
"Oh ya, waktu aku bangun Hara udah gak ada lagi di sampingku," teringat sesuatu.
"Ve," menepuk pundakku.
"Eh ya, emm gak tau," memasuki gerbang sekolah lebih dulu.
"Wah Ve udah deket aja kamu sama anak baru," sahut sahutan mereka di lorong kelas.
Aku hanya menghiraukan mereka, sibuk dengan pikiranku sendiri. Toh setiap omongan mereka sampah kan.
###
Aku berjalan keluar kelas, berjalan disetiap lorong lorong kelas, dimana semua orang menatapku acuh tak acuh. Keluar gerbang, melewati rumah begitu saja, berjalan di sudut sudut taman, terus berjalan ke jalan setapak, sampai akhirnya terlihat lapangan yang dipenuhi bunga bunga. Aku bersandar di pohon, satu satunya pohon yang ada di lapangan itu. Teduh, aku menutup mata hingga akhirnya merasakan ada sesuatu di atas pahaku. Aku membuka mataku kaget, menatapi seorang perempuan yang tengah berbaring di atas pahaku sembari menutup mata.
"Kukira kau sudah pergi Hara," tersenyum.
Aku hanya tersenyum menatap wajah Hara. Daripada langit biru yang kutatap, aku lebih suka memandang wajah perempuan yang sedang tidur di pahaku ini. Wajah yang selalu bersinar dipagi hari karena senyuman yang selalu tercetak di bibirnya.
"Ranza tidak tanya Hara tadi kemana?" masih dengan mata yang tertutup.
"Emang Hara kemana?" tersenyum.
"Hara habis ke kampung kita dulu," membuatku heran.
"Hara ngapain kesitu, nemuin orang tua Hara ya?"