Different

Zahir
Chapter #6

Hadir Tanpa Izin

Setelah hari itu, kembali lagi pada keseharian normal. Mendengar keributan setiap malam, berdebat dengan mamah, berjalan di lorong sekolah yang setiap orangnya sibuk hanya dengan kehidupan orang lain, kelas yang penuh dengan keheningan. Ya seperti itulah hari hari yang aku jalani, ditemani Juro, dan Hara. Tapi ada satu yang berbeda dari biasanya, seorang perempuan yang belakangan ini terus mengangguku, hadir begitu saja di dalam hidupku tanpa izin.

"Ranza!!, lagi apa?" membuat hari hari sepiku hancur

Panggilan yang dia berikan sama seperti Hara, awalnya aku kaget sebelum akhirnya bersikap seperti biasa. Jika kalian tau, aku tak suka dia memanggilku dengan nama seperti itu, hanya Hara yang boleh, ya hanya Hara.

"Bisa gak lo berhenti manggil gue Ranza!" menatapnya tajam.

"Kenapa?" tanyanya polos tanpa rasa bersalah.

"Udah lo tinggal turutin aja apa susahnya sik!" kesal.

"Gak mau, aku maunya manggil Ranza," tersenyum lalu duduk di sebrang kursiku.

"Ranza lagi ngapain sik, sering ngelamun?" kuabaikan.

"Hara," melihat Hara yang tengah berdiri sembari tersenyum di sampingku.

"Ranza ada temen baru ya," menggodaku sembari terkekeh.

Aku menggeleng geleng dengan wajah cemberut.

"Hahahaha udahhh, gapapa kok ada temen barunya, malah bagus lagi," tersenyum.

"Gak, Ranza gak mau!" tanpa sadar.

Seluruh tatapan orang sekelas kearahku, aku hanya memasang tampang biasa saja menutupi malu.

"Ranza barusan ngucapin Ranza buat diri sendiri?" tanya perempuan di sampingku termenung.

"Hah gak, itu...," bingung hendak mencari alasan apa.

Sedangkan Hara hanya sibuk menahan tawa sembari menumpahkan segala masalahnya ke diriku.

"Wahh, aku seneng deh. Mulai sekarang kita temenan ya Ranza," tersenyum sembari mengulurkan tangannya kearahku.

Aku menatap tangan dan wajahnya bergantian. Kemudian menatap kearah Hara, Hara mengangguk sambil memasang senyum. Aku menatap kembali tangan perempuan itu, bingung. Aku tak ingin menjabatnya, tapi di sini ada Hara, dan Hara mengangguk.

Aku hanya terdiam, termenung tak lagi menatap tangan perempuan itu, tak lagi menatap Hara juga. Kali ini biarkan aku memilih sesuai isi hatiku. Aku hanya menaruh kepalaku di atas meja sembari menutup mata. Tak tau bagaimana seluruh orang di kelas tengah menatapku, tak tau perempuan itu sedang apa, tak tau ekspresi Hara seperti apa.

"Ve, Ve," menepuk pundakku.

Aku membuka mata terlihat Juro yang tengah menatapku sambil tersenyum tipis.

"Vega bangun udah masuk," tersenyum kemudian berlalu ke kursinya.

Aku terdiam, di pikiranku terbayang bayang Juro yang barusan tengah tersenyum kearahku.

###

Lihat selengkapnya