Different

Zahir
Chapter #9

Pulang Sebentar

Kutatap lama kota ini, kota yang sebelumnya pernah menjadi tempat terbentuknya kisah di dalam sebuah keluarga, sebuah keluarga yang begitu banyak perbedaan pendapat, pola cara pikir, dan semua yang mereka inginkan satu satu.

"Kamu yakin Ranza?" memegang pundakku.

Aku hanya tersenyum kearahnya yang malah dia balas dengan pelukan yang hampir membuatku terjungkang.

"Sudahlah, aku kan hanya pulang sebentar," mengusap punggungnya.

"Janji ya bakal kembali lagi," mengangkat jari kelingkingnya.

"Hahaha udah ah kek anak kecil tauk," menurunkan jarinya.

"Ranza jangan lupa senyum, senyum terus, senyum!" sembari berjingkrak jingkrak.

"Iya ah, Jauza bawel dah," melambaikan tangan.

Aku memutuskan pulang ke kampung. Dimana lagi memangnya aku bisa tinggal, rumah sudah terbakar hangus, papah di penjara, mamah ditemukan gantung diri di kamar, kakak ditemukan motong nadinya di wc. Mendengar keadaan mamah dan kakak membuatku tersenyum miris. Di sini kan aku korbannya, tapi kenapa malah mereka yang memilih mengakhiri. Apa rasa bersalah yang ada pada diri mereka, apa karna mereka lelah juga terus hidup di dalam sebuah keluarga yang tidak pernah harmonis seperti keluarga lainnya.

"Ranza masih gak suka ya sama Rasma?" muncul tiba tiba.

"Ya ampunn, ihhh Hara!!" memukul mukul jendela.

"Sstttt, ini mobil orang jangan dipukul pukul," menaruh jari telunjuknya ke bibir.

"Biarin, kan ini mobilnya si Juro. Biar kuhancurin sekalian!" membuat supir di depan bergidik ngeri.

"Non, jangan serem serem atuh. Masa geulis geulis teh galak?"

"Eh tanyain sama majikannya sendiri, kenapa coba saya mesti naik ni mobil punya dia!!"

"Non, aduh aduh jangan teriak teriak non," bergidik.

"Ranza ih, jangan teriak teriak," menutup mulutku dengan telapak tangannya.

Aku hanya berusaha melepaskan telapak tangan Hara di bibirku, sembari menggeleng geleng.

"Kak Ve," terbangun dari tidurnya.

Aku hanya melirik sekilas kemudian terfokus pada jendela yang tengah menampakkan Hara yang sibuk dengan wajah konyolnya.

"Kak Ve, itu siapa?" menunjuk jendela.

Aku kaget dan langsung menatap Rasma yang ada di sampingku.

"Ka...kamu bisa lihat dek?"

"Bukannya itu Kak Hara," membuatku semakin kelimpungan

"Ssttt diem yah diem," kemudian kembali menatap jendela.

Tak kutemukan Hara di jendela mobil. Hampir terjungkang kaget saat melihat Hara sudah terbang melayang di depanku.

"Ihhh mentang mentang kamu udah bisa melayang yah," geramku.

"Hai, hei, hoi," asik melayang kesana kemari.

"Kak," menarik bawah bajuku.

"Eh enggak, kamu salah liat," setelahnya kembali menatap jendela, kali ini tatapanku tak tentu arah.

"Se...sekarang cuma ada kakak. Rasma cuma punya kakak," menangis memeluk lututnya.

Lihat selengkapnya