Different

Zahir
Chapter #15

Papah

Tebaklah saat ini aku dimana, seenaknya saja dia membawaku ke rumahnya. Mana di dalam sana sedang ada orang tuanya. Ingin sekali rasanya aku menjambak rambutnya saat telah sampai di dalam, tapi ya aku kan juga harus menjaga image.

Aku hanya terdiam di dalam kamar tamu yang sudah disiapkan mamanya. Tak enak jika harus keluar bukan, merasa asing.

"Besok harus ke toko mamah sama ke kantor papah," merebahkan diri di kasur.

"Haus," gumamku.

"Yaudah sono kenapa gak ambil aja di belakang," bersandar di sisi pintu sembari melipat tangan.

"Huaaaaa Juro jahat!!" melemparnya dengan bantal.

"Ep gak kena," menghindar.

"Ambilin gue minum, lo kan harus tanggung jawab karna udah bawa gue kesini!!" menatapnya tajam.

"Emang kamu mau tinggal dimana lagi Vega?!" terdapat penekanan.

"Dimana aja bukan urusan lo!" berjalan keluar pintu melewatinya begitu saja.

Aku benar benar berjalan ke dapur, mencari minum. Tak sengaja di dapur kudapati mama Juro tengah mengaduk aduk adonan. Sebelum mengambil minum alangkah baiknya jika lebih dulu basa basi kan.

"Eh tante lagi buat apa nte?" berjalan mendekat.

"Ini tante lagi buat kue," menatapku sebentar sembari tersenyum.

"Ada yang bisa Vega bantuin?" tawarku.

"Eh kamu bisa?" langsung membuatku bungkam.

"Hahahaha kenapa diam, sini tante butuh bantuan," panggilnya lembut.

"Eh kukira bakal ditolak, misalnya kan "Eh gak usah repot repot tante bisa sendiri kok". Gak nyangka beneran disuruh," hendak menangis karna aku tak pernah menyentuh dapur.

"Kamu bisa kan ngaduk adonan ini?"

"Ngaduk doang kan tante, kalo itu sik bisalah," berbangga.

"Eh siapa bilang, kamu kukus juga nanti ya," sambil memecahkan telor.

"Oh hehe iya tante," canggung.

Kulihat Juro tengah asik duduk di depan tv. Aku bingung ini ngukusnya gimana, dan alhasil semuanya pindah ke tangan mama Juro.

"Gimana kamu ini, make kompor aja gak bisa, udah tau besok kamu itu akan menikah, jadi ibu rumah tangga, jadi istri, harus pinter masak dong," sembari sibuk dengan kuenya.

"Anak perempuan ya harus telaten dalam masak. Nih ya kalo kamu gak bisa masak, mau kasih apa makan anak suamimu," terus sibuk mencerocos.

"Ya Tuhan, mamanya cerewet amat yak," ternganga.

Kulirik Juro yang hanya sibuk menahan tawa. Lihat saja nanti anak itu, seenaknya saja mengejekku.

"Vega mau tinggal dimana?"

"Ha," bingungku.

"Iya, mau tinggal dimana habis dari rumah tante?"

"Eh gak tau tante," canggung jika harus mengobrol santai.

"Vega tinggal di sini aja dulu, ntar tante ajarin les masak gratis. Ih gratis loh, jarang jarang bukan ada les masak gratis," menawarkan.

"Eh boleh tante, suka suka tante aja," tersenyum.

"Kamu cantik, yakin sama Juro cuma temenan, gak punya rasa apa apa," godanya.

"Eh enggak tante, bener cuma temen kok," mengelak.

"Kalo Juro suka sama kamu bagaimana?"

"Ha, hahaha mana mungkinlah tante," terkikik.

"Kalo mungkin?" kali ini berhasil membuatku terdiam.

"Hahahaha yasudah kamu mau ngapain terserah kamu, biar kali ini yang masak tante sendiri. Sana istirahat," tersenyum.

"Eh iya tante, makasih," berjalan kearah kamar.

Lihat selengkapnya