"Ranza bangun!!" berteriak di kupingku.
"Apaan sik Hara, berisik!!" kesalku.
"Cepat siap siap, cepat Ranza!!" mendorong dorong tubuhku kearah kamar mandi.
"Hara mandi cepet!!" teriaknya.
"Iya iya ih bawel!!" kesalku langsung masuk ke kamar mandi.
###
"Mau ngapain?" keluar kamar mandi dengan rambut basah.
"Ada dehhhh," menarik lenganku.
"Eh eh mau ngapain?"
"Sini biar Hara yang sisirin rambutnya," menyisir rambutku.
"Basah ya, gausah dijalin berarti," tersenyum.
"Rambut Hara gak dijalin ya?"
"Hahaha engga," tertawa renyah.
"Mau Ranza jalinin gak?"
"Eh entar ikat rambutnya terbang dong," terkikik.
"Oh iya ya," pikirku.
"Maaf ya Hara," ucapku.
"Hahahaha untuk apa, gapapalah. Nah udah ayo cepet!!" menarikku begitu saja keluar kamar.
"Eh Vega sudah siap, nih sekalian bawa kuenya," memberikan sebox kue.
"Ha?, untuk apa tante?" bingung.
"Ya kan kalian mau ke panti, tadi tante buatkan kue, kamu si kelamaan tidur, yaudah tante bikin sendiri aja," menaruh sebox kue itu di tanganku.
"Ha ngapain ke panti?" tanyaku bingung.
"Lah kamu tidak dikasih tau Juro?" tanya mamanya pun bingung.
"Tidak tante," bingung.
"Cieee jadi supries nihhh," goda mamanya.
"Ah iya nte, pamit ya," menyalimi tangannya kemudian berlari secepat kilat keluar rumah.
"Jamin deh, kalo Vega masih disitu bakal panjang ceritanya," menghela nafas lega.
"Ve, cepet dong!" teriaknya dari dalam mobil.
"Apanya yang kejutan kalo gini, Vega aja gak disambut baik baik," menghentakkan kaki kearah mobil.
"Ihhh Hara ngeselin, kenapa gak kasih tau Ranza lebih awal sik, mending Ranza tidur daripada harus pergi pergi mulu!!" protesku di dalam mobil.
"Neng gelo (gila) ya?" menatap dari kaca mobil.
"Apaan gelo gelo??" kesalku.
"Maksudnya tuh, kamu tuh waras ya?" jelas Juro.
"Lah ya iyalah saya waras, gak liat nih!" kesalku.
"Ihhh neng mah gelo, ngomong sama jendela," bergidik ngeri.
"Eh pak, waras kok ngomong sama jendela sik!, Itu mah namanya gila!!"
"Iya itu neng gelo."
"Iya saya gelooooo, gak liat saya geloooo ha?!!"
Lantas saja mengundang tawa Hara dan Juro termasuk pak supir ngeselin satu itu.
"Ngapain pada ketawa, kan bener kan saya geloo," bingungku.
"Gelo teh artinya gila neng," terkikik.
"Dasar Juro gelooooo!!!" kesalku memukul mukul tempat duduknya dari belakang.
"Sama sama gelo kita Ve," tertawa terbahak bahak.
Aku kesal dan hanya bisa melipat tangan sambil melihat keluar jendela. Tak ada apapun di dalam mobil ini yang bisa kulemparkan ke Juro, mana mungkin kuenya kan, sayang dong.
"Cieee Vega ngambek," goda Hara.
Aku dapat melirik Juro yang tengah tersenyum kearahku, masih menahan tawanya.
"Apa lo senyum senyum?!!" tatapku tajam.
"Gak ada," memasang tampang jutek.
"Lah yang harusnya marah kan gue, kok lo sik yang masang tampang jutek?!" menendang kursinya.
"Lah terus aku harus gimana Vega, senyum salah, jutek salah, yang bener apa?!!"
"Gak tau," menyenderkan kepala pada senderen kursi sambil menutup mata.
###
"Sampaiiiiiii!!" berteriak di kupingku.
"Ha apa apa!??" kagetku.
"Sudah sampai Ranza sayang," terkikik.
"Kenapa mesti teriak teriak?!" kesalku.
"Rasanya seharian ini aku terus dibikin kesal deh!" keluar mobil.
Di hadapanku terdapat rumah sederhana, dengan papan bertuliskan "Panti Asuhan Bahagia". Aku melangkahkan kaki menuju pintu yang tengah terbuka lebar bersama Hara yang sibuk celingak celinguk. Di dalam sana terdapat taman dengan anak anak yang banyak tengah bermain, dan juga ada ruangan di setiap lorong lorong yang mengelilingi taman di tengahnya.
"Cantik," gumamku.
"Kayak kamu," tersentak.
"Hahaha kaget?, maap ya Vega udah bikin kamu kesel di mobil tadi," menggaruk tengkuknya.
"Males ah," berlalu.
"Eh kuenya Ve!" berteriak.
"Lo aja yang bawa!"