“Jangan takut melawan arus. Ingatlah layang-layang dapat terbang tinggi karena melawan angin, bukan mengikuti arah angin.”
Satu menit yang lalu bel istirahat berbunyi nyaring membuat rasa semangat datang begitu saja. Dengan gerakan cepat, para siswa segera berlari untuk mengisi perut mereka yang sudah merontah meminta untuk diberi sebuah makanan. Berbeda dengan gadis berambut pirang itu—dia malah mengambil ponsel dan menekan ikon pesan.
Alainaalrescha: Luna biasa pesankan gue sama Nara.
Setelah itu gadis berambut pirang itu menyenderkan dirinya di dinding ruang Bimbingan konseling, memejamkan mata menikmati sepoi-sepoi angin yang menerpa wajah tirusnya.
Sudah lebih dari tiga jam dia menunggu sahabatnya di depan ruangan milik miss Sasha, bahkan ia rela meninggalkan jam kelas hanya untuk seorang Elnara Kadziyah.
“Sejak kapan?” Alaina membuka mata dengan bulu lentiknya itu—menoleh melihat Nara yang sudah keluar dari ruangan terkutuk itu.
“Sejak lo masuk ke dalam.” jawabnya santai—seolah tiga jam menunggu bukanlah masalah besar bagi gadis itu.
“Lo bodoh?“ maki Nara tanpa sadar.
“Not stupid, just khawatir.” sahutnya seakan tak mempermasalahkan makian Nara.
“Kebiasaan.” sesal Nara.
“Udah tau cara mainnya kan, kenapa masih diulang?” tantang Alaina—Nara yang mendengar berdecak kesal.
“Lepas kendali, sorry.” kilah Nara.
“Gue kenal lo, Nar, jangan coba-coba bermain dibelakang gue.” hardik Alaina membuat Nara terdiam, “Come on, i won't force it. Yang lain udah nunggu di kantin, gue akan menunggu penjelasan lo.” tambah Alaina.
Nara menghela nafas berat, “Butuh waktu, tapi kalau gue udah siap lo orang pertama yang akan gue datangi.”
“Gue tunggu.” janji Alaina tidak main-main.
Diperjalanan menuju kantin hanya di isi dengan keheningan, hal biasa itu terjadi diantara Nara dan Alaina. Hanya ada suara decakan kagum dan desas-desus kekaguman akan sosok Alaina dan Nara, tentu saja itu semua sudah dianggap hal biasa bagi mereka berdua. Diangungkan, dijunjung dan dielukan adalah makanan sehari-hari Queen bee.
Mereka sampai. Alaina memilih duduk disamping Chiara, sementara Nara duduk di depan Luna.
“Duh, kalau tau lo bolos tadi gue bakalan ikutan deh.” celetuk Dean membuat Luna mendongok.
“Lo bolos, sama Nara?” tanya Luna bingung.
Alaina mengangguk dan menggeleng secara bergantian, “Nggak niat bolos, cuma Miss Sasha yang lama ceramahi Nara.”
“Buset, jangan bilang lo baru selesai di sidang sama Miss Sasha, Nar.” tebak Chiara.
“Hm,” gumam Nara.
Luna menatap horor Alaina, “Jadi lo nunggui Nara selama tiga jam di depan ruangan terkutuk itu, Al?” tanya Luna takjub.
“Bisa dibilang iya.” jawab Alaina melirik ponselnya yang bergetar.
Drtt..