“Karena sikap bisa merubah perasaan seseorang.”
Aktiva Bintang Negara adalah seorang laki-laki yang memiliki hormon normal seperti kebanyakan cowok seusinya. Jadi tidak masalah jika ia sedikit bermain-main di masa mudanya, selagi dia tidak lepas kendali dan masih di wilayah batas wajar. So, tidak ada hukumnya–kan bermain-main dengan seorang wanita lebih tua darinya di club?
Tapi semua itu tak semanis kelihatannya setelah gadis bermanik cokelat terang itu datang dan mengacaukan semuanya. Datang dengan segala keteduhannya, bersikap tenang layaknya dia tidak terganggu melihat adegan dirinya dengan wanita club. Apalagi melihat tatapan teduhnya, membuat dirinya harus menelan salivanya berulang kali.
Bahkan setelah gadis itu melenggang pergi masuk ke dalam toilet dan menyarankan untuk melanjutkan kegiatannya di salah satu kamar yang ada di club ini, tidak membuatnya bergairah lagi dengan wanita dewasa di depannya.
Maka dari itu dia memilih memberikan beberapa lembar kertas berwarna merah lalu pergi ke dance floor, menghampiri temannya yang tampak bersenang-senang menggerakan tubuhnya.
“Kemana Bumi?” tanya Aktiva sedikit berteriak kepada Kent.
“Bumi? Oh, dia lagi di bar.”
“Ngapain, sendirian?”
“Ngebucin sama Nara–lah, iya sendirian. Lo mau kesana? Bareng kuy, gue capek nih haus.” Kent menepuk bahu Aktiva lalu mengajak lelaki itu menjauh dari panggung dance floor.
Dari jauh Aktiva bisa melihat sosok gadis yang barusan saja membuat mood-nya hancur memainkan wanita, tengah terlihat melambaikan tangan lentiknya dengan lengkingan suara lembutnya.
Shit!
“Kent!” teriak gadis itu dengan lambai tangannya.
Kent menatap Aktiva dengan tatapan tanya, “Kenapa Luna manggil gue?”
Aktiva mengedik bahunya, “Samperin aja.”
“Ayo, lo harus ikut.”
“What?” tanya Kent saat berada di hadapan gadis itu.
“Gue mau minta tolong, please antarkan Chiara pulang. Ini kunci mobilnya,” pinta gadis itu tanpa basa-basi.
Damn, tatapan sialan. Maki Aktiva dalam hati saat melihat tatapan teduh milik gadis itu.
Tampaknya Kent kebingungan, “Kenapa nggak lo aja?”
Gadis itu memutar bola matanya—namun walaupun mata memutar tapi tatapan itu tidak pernah berubah.
“Gue sama Alana tadi, nggak mungkin gue tinggalkan Alana.” ujarnya.