La Douleur Exquise

Afiska Dila Ananda
Chapter #12

Chapter 12|Festival Ekstrakurikuler.

"Aku catat semua yang membuatku lemah, sebagai bukti bahwa kelak aku mampu!" 

Hari sabtu ini merupakan sebuah perayaan biasa yang akan selalu di selenggarakan setiap tahun sekali oleh Osis untuk mengenalkan semua kegiatan yang ada di High School Academy world Gemilau.

Hari ini adalah hari bebas untuk siswa Gemilau karena ada pengenalan ekstrakurikuler, yang maknanya tidak akan ada belajar di kelas, tidak akan ada guru yang berbicara panjang lebar, dan tidak akan ada tugas-tugas menumpuk. 

Senyum secerah matahari tampak terlihat di beberapa siswa karena merasa bebas. Pihak Gemilau mewajibkan seluruh siswa tetap hadir dengan menggunakan pakaian bebas namun berwarna putih. Seluruh siswa juga diwajibkan untuk mendaftar Ekstrakurikuler yang di inginkan dan sesuai dengan bakat yang ada. 

Seluruh perwakilan Ekstrakurikuler di sediakan sebuah stand untuk pendaftaran. Tampak ornamen-ornamen yang dibuat anak Osis turut mewarnai dekorasi festival, dan membuat beberapa siswa bersorak heboh untuk berselfie atau berphoto ria.

Hiasan yang di gunakan pun cukup sederhana namun terkesan manis. Stand pendaftaran yang di hiasan sesuai selera ekstrakurikuler masing-masing, ditambah sebuah payung warna-warni yang bergantung di atas membuat suasana semakin meriah. 

Bahkan sejauh ini sudah banyak siswa yang mendaftar di berbagai ekstrakurikuler, ada juga yang sedang berbincang mengenai ekstrakurikuler apa yang ingin diambilnya. 

Sejauh itu pula ada yang berbeda dengan sosok gadis bermanik cokelat. Jika para siswa bersorak heboh untuk berselfie atau tebar pesona ke berbagai tempat, namun tidak untuk satu gadis itu, dia terlihat hampa dan kosong. 

Gadis berbaju lengan tiga suku yang dipercantik sentuhan syal putih di lehernya serta dipadu rok mini berwarna senada dengan bajunya yaitu putih. Rambut pirang yang di tata rapi dengan aksesoris kip warna-warni itu menambah kesan cantik di mukanya.

Gadis itu menengadahkan wajah putih mulusnya, dia merasa sedikit gusar karena suasana yang baru-baru saja dia alami. Mata cokelat cerah teduhnya meneliti siswa-siswi yang berada di tengah lapangan utama sekolah. Ternyata sudah banyak berdatangan dan mendaftar ke ekstrakurikuler, bahkan lapangan menjadi padat dan mengerahkannya. 

Tatapan matanya fokus ke titik tengah lapangan seraya menyunging sebuah senyuman miring. Gadis itu mengalihkan perhatiannya ketika benda pipih yang dipegangnya bergetar memperlihatkan sebuah pop up dari sahabatnya. 

Alaina: Dimana? Gue tunggu di lantai 2. 

Alaina: Gue diujung pembatas. 

Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam tas mini yang dia bawa, lalu berjalan menaiki tangga. Gadis itu tidak memperdulikan tatapan kagum dan pekikan kaum adam yang lalu lalang di sekitarnya, karena sejak beberapa waktu tadi dia sudah diperlakukan seperti itu sehingga dia sudah terbiasa dan tak bereaksi sama sekali. 

Dia tampak menghampiri seorang gadis yang tengah menggunakan baju berwarna hitam berkerah putih dengan dipadu rok berwarna hitam. Bahkan rambut pirang yang biasanya selalu alami yaitu pirang, kini tergerai indah sebahu dengan warna rambut yang sudah diubah yaitu berwarna hitam keemasan, yang diberi aksesori topi berwarna merah maroon.

Kini dia bersandar di pembatas lantai dua, menatap sahabatnya dengan pandangan lelah. Sorot teduh yang redup dan menggambarkan keletihan disana, dapat dilihat secara mudah oleh sahabatnya kini. Karena bagaimana pun sahabatnya-lah tempat dia berpulang selain Lady. 

"Kabur dari rumah, atau diusir?" tanya Alaina sarkas. 

Lihat selengkapnya