“Banyak hal mungkin datang kepada mereka yang menunggu, tetapi hanya hal-hal yang disisakan oleh mereka yang bekerja keras”—Albert Einstein.
Arti menunggu yang dimaksudkan oleh Albert Einstein adalah menunggu keberuntungan hadir dalam hidup kita. Menunggu boleh saja, tetapi tetaplah bekerja keras selagi menunggu kesempatan yang tepat datang pada kita.
Jika kita hanya menunggu, maka kesempatan yang datang akan langsung disambar oleh orang yang telah bekerja keras sehingga lebih dekat pada titik kesempatan itu. Oleh karena itu, tidaklah salah jika dikatakan bahwa hal-hal baik yang datang pada orang yang hanya menunggu datangnya keajaiban adalah sisa-sisa dari orang yang bekerja keras.
Contohnya; Kent Elian Asabumi(16). Cowok berperawakan tinggi, rahang tegas, hidung mancung, alis hitam yang tebal, rambut pirang, bibir sexsi merah jambu, dan manik mata hijau jambrud.
Adalah sosok yang saat ini tengah menunggu dengan ketidakpastian di salah satu stan atlet olahraga. Bibir yang biasanya selalu murah senyum itu sudah berkali-kali berdecak dan mendesis, mengulang-ulang ujurannya membuat ketiga sahabatnya menghela nafas jenggah. Belum lagi siang ini matahari bersinar terik, membuat Kent menyumpah dalam hati.
“Kenapa juga harus gue yang kebagian menjaga stan pendaftaran ekstrakurikuler olahraga di tengah panas begini, kenapa nggak tadi pagi aja sih gue gilirannya.” gerutu Kent.
Bumi memutar bolamatanya malas, “Udah sepuluh kali lebih lo ngeluh kayak gitu, toh nggak akan merubah nasib lo kan.”
“Sekali lagi lo ngomong itu kami tinggal lo sendirian di stan.” ancam Aktiva.
Bibir Kent maju beberapa senti, “Iyakan capek menunggu. Udahlah menunggu ketidakpastian, untung yang ditunggu cewek cantik lah ini stan yang ditunggu.” decak Kent.
Aktiva tampak menghela jenggah, “Dengarnya Kent, lo itu harus bersyukur karena nggak harus berjemur di lapangan. Tinggal duduk di sekretariat sambil meladeni siswa-siswi yang bertanya mengenai ekskul lo, kan enak.” cemooh Aktiva dengan suara rendah.
“Iyakan tetap aja itu melelahkan. Nggak liat nih keringat gue yang udah membasahi pakaian yang gue gunakan, berkurang sudah tingkat kegantengan gue.” sembur Kent.
Bumi mengendus, “Lebay lo, masih gantengan gue dimana-mana.”
“Pede abis.” ledek Aktiva.
“Kalian mah enak, udah clear. Tuh si Angka baru juga lima belas menit berdiri di sekretariat stan OSIS udah habis ludes formulirnya. Lo juga Tiv, udah ludes aja tuh formulir dalam waktu kurun setengah jam. Lah lo Bum, nggak jaga stan apa-apa.” keluh Kent.
“Gue jaga stan juga kok.” kilah Bumi.
“Stan apa dah yang lo jaga?” tanya Kent terheran-heran.
“Stan Osis.”
“Dasar bucin!” serang Aktiva kesal.