“Jika orang menjadi baik karena mereka takut mendapat hukuman atau mengharapkan hadiah, maka mereka berada dalam penyesalan yang besar.”
Kesulitan dan ujian selalu datang tiba-tiba. Kalau diibaratkan tamu, mungkin mereka tipe paling buruk yang pernah ada. Sudah tak pernah bilang-bilang kapan mau datang, mereka pun selalu membawa hal buruk sebagai buah tangan.
Dan kini kesulitan dan ujian yang datang menghampiri seorang gadis cantik itu adalah sebuah hukuman lari lapangan utama sebanyak sepuluh putaran. Yang benar saja, lapangan utama adalah lapangan yang sangat lebar. Gadis itu pun membidik dan mengira bahwa panjang dan lebar lapangan utama sama dengan panjang dan lebar rumah miliknya.
Ya ampun, dipanas terik begini ia harus berlari, dewi batin gadis itu mengeluh.
Kalau saja ini bukan karena Aktiva, kalau saja ini bukan karena cowok itu memaksanya untuk meminta maap kepada Alara. Kalau saja itu cowok nggak keras kepala, kalau saja itu cowok nggak menariknya. Kalau saja itu cowok paham arti omongannya, kalau—Ah terlalu banyak kesalahan yang diperbuat cowok itu dan membuatnya terpaksa harus melakukan hukuman sial ini.
Lunashya tidak bisa kabur atau menghindar dari hukuman Miss Sasha seperti biasanya yang dia lakukan bersama Queen bee. Bukan karena Miss Sasha yang langsung turun tangan mengawasinya, namun karena cowok yang bernama Aktiva menarik tangannya untuk berlari bersama membuatnya terpaksa harus melakukan hukuman tersebut.
“Hei kalian, ini bukan lagi syuting ftv jangan bergandengan!!” sentak Miss Sasha.
“Kalian mau nyebrang emang, JANGAN PEGANGAN!!” hardik Miss Sasha lagi.
Luna memutar bola matanya jenggah, “Ribut.”
“Gue tau lo mau kabur dari hukuman kan!” sentak Aktiva disela lari mereka.
Luna menghempaskan tangannya lalu mengibas rambut pirang, berlari mendahului Aktiva. Sedangkan Aktiva yang melihatnya menggeleng-ngeleng melihat sikap angkuh dan sombong gadis itu.
Masih hidup aja orang sombong di zaman sekarang.
****
Setetes keringat mengucur dari pelipis gadis berwajah cantik itu. Meskipun berkeringat aura cantiknya tidak pernah luntur di wajahnya. Dia sedang dalam tahap kesal luar biasa kepada Aktiva, andai saja Aktiva tidak mengajak ribut dirinya maka kulit putihnya tidak akan berubah menjadi merah padam seperti ini.
Jam masuk telah berbunyi sekitar satu menit yang lalu, namun Luna tampak tidak berjalan ke kelasnya melainkan berjalan melawan arah yang semestinya. Luna memutuskan untuk ke taman belakang sekolah, untuk mengendalikan emosinya yang memuncak.
Taman belakang sekolah adalah tempat favorit Luna dan Alaina. Taman belakang sekolah sangat jarang di kunjungi orang karena menurut desas-desus pohon rindang di taman belakang dihuni oleh sosok yang menakutkan. Orang-orang lebih memilih untuk ke taman utama sekolah, dibandingkan taman belakang. Maka dari itu Luna dan Alaina mengklaim taman belakang adalah tempat favorite mereka berdua.
Semilir angin yang beradu dengan sinar matahari melalui celah dedaunan sangat pas untuk menyejukkan pikiran barang sebentar. Rambut kepirangan itu bergoyang dan mata cokelat terang itu tampak memejamkan matanya mengikuti terpaan angin yang semilir.
Seragam yang berantakan, jas almamater berwarna navy yang tampak tergeletak di bangku. Dasi yang melekat di kerah bajunya tampak sudah tidak rapi lagi, membuat kesan bad girl.
Angin disini memang sangat pas, ditambah dengan pohon rindang yang menutupi matahari secara tidak langsung. Membuat Luna semakin larut masuk ke dalam putaran masa lalu, namun itu semua hanya untuk sesaat. Karena mata gadis itu mendadak terbuka saat mendengar suara gersuk dari dedaunan yang dipijak.
“Masih mau maksa gue buat minta maap?” Luna menyeru suaranya saat sebuah aroma mint bercampur kayu-kayuan menyentuh penciumannya.
Aktiva.
Perlahan cowok itu bergerak mendekati sosok Luna, menduduki dirinya disamping gadis itu. Aktiva tampak menyingkirkan sebuah jas almamater berwarna navy itu, meletakkan di pangkuannya tanpa menganggu atau membuka suara sedikit pun.