“Kelemahan perempuan itu selalu memilih untuk menikmati rasa sakit sekalipun ada pilihan untuk pergi meninggalkan.”
Di sebuah kamar, Aktiva duduk tenang di kursi meja belajarnya. Dalam diam Aktiva memandangi sebuah layar persegi empat di hadapannya, sebuah laptop yang menampilkan sebuah akun instagram seorang gadis juita.
Aktiva termenung di dalam kamarnya yang tentram karena lampu sengaja dia matikan menyisahkan sebuah lampu tidur dan juga lampu belajar. Pikirannya berkelana dan bercabang ke satu sisi ke sisi lain, hanya satu yang dapat disimpulkan; Aktiva tengah memikirkan kejadian demi kejadian yang melibatkan dirinya dalam beberapa minggu belakang.
Bagaimana bisa dia jadian sama gadis sombong itu?
Bagaimana bisa gadis sombong itu menyiumnya sesuka hati tanpa melihat sekitar?
Dan bagaimana cara gadis sombong itu bertingkah biasa saja, padahal dia seharusnya dalam masalah besar?
Yang bikin Aktiva bingung adalah, bagaimana Alara melupakan dan tidak menuntut atas kejadian seminggu lalu di kantin?
Aktiva masih mengingat semua pembicaraannya dengan Alara saat gadis itu keluar dari ruang Miss Sasha bersama Aradea—senior mereka.
“Gimana Lara?” tanya Aktiva khawatir.
“Aku nggak papa.”
“Terus senior kita itu harus tanggung jawab!!”
“Nggak perlu.”
“Kenapa? Ah, gue tau. Lo pasti juga tau kan kalau yang salah itu bukan senior kita, melainkan gadis sombong itu.”
“Gadis sombong?”
“Lunashya.”
“Loh kok lari ke Luna sih?”
“Gue melihatnya semua. Gue tau gadis sombong itu yang melakukannya, lo harus minta pertanggung jawaban sama dia!!”
“Nggak perlu, aku nggak papa kok Aktiva.”
“Lo bilang nggak papa? Lo nggak liat tuh lutut, sikut, dagu lo lecet. Terus muka lo yang merah padam gara-gara terkena cabai.”
“Nggak usah diperpanjang.”
“Alara—”
“Percuma.”
“Maksud lo?”
“Lunashya bukan gadis sombong, dia sebenarnya baik kok, ramah juga orangnya. Yah cuma dia kurung peduli sama sekitarnya, tapi kalau kamu udah mengenalnya di jamin deh nyaman.”
“Lo apaan—”
“Jangan dibahas lagi. Aku nggak papa.” setelah itu Alara pergi meninggalkan Aktiva dengan seribu kebingungan.
Aktiva juga mendengar percakapan gadis sombong itu dengan senior-nya, membuat dirinya marah seketika. Hingga sekarang pun masih sama, Aktiva masih tidak habis pikir dengan perilaku gadis sombong itu.