"...Semakin sering kamu memanipulasi diri, semakin sulit kamu menerima diri sendiri."
Seorang gadis tengah berjalan dengan langkahnya yang tak bisa dibilang pelan, dia berjalan tersega di kolidor utama menuju pakiran sekolah. Lima belas menit yang lalu bel pulang berbunyi nyaring, namun karena Miss Rere-guru bahasa spanyol tak mengira jika sudah mengajar terpaksa membuat murid kelas XI Ipa 1 harus melewati masa pulangnya selama lima belas menit.
Alhasil dia terpaksa harus berlari dan memutuskan untuk cepat-cepat ke pakiran supaya bisa bertemu kekasihnya, walaupun gadis itu tidak berharap bahwa cowok itu masih di pakiran. Gadis itu tampak rukuk untuk mengatur pernapasannya yang tersegal, mendongok dan tersenyum kala melihat motor sport berwarna merah bersama pemiliknya tampak masih berada di pakiran.
"Hi, Aktiva, pacar gue!!" seru gadis itu membuat cowok yang bernama Aktiva itu terlonjak kaget.
Gadis itu berjalan pelan menghampiri Aktiva bersama tas ransel berwarna putih yang bertengger disalah satu pundaknya.
"Pacar antar gue pulang, ayo!!" perintah Luna dengan tatapan teduh.
"Siapa lo!! Emang lo kira gue tukang ojek." tolak Aktiva dengan ketus.
"Pacar, lo bukan tukang ojek gue tapi pacar gue, ingat?" ujar Luna dengan seringai kecil di bibir merah mudanya.
"Lo!!" geram Aktiva.
"Ayo pulang. Gue lagi sibuk jadi lagi nggak mau berdebat sama lo." sela Luna.
"Siapa juga yang mau berdebat sama lo." terang Aktiva membuat Luna geram seketika.
"Antar gue atau—" Luna melirik ke sekitar—seketika dia baru sadar bahwa pakiran sudah tampak ramai menyaksikan adegan dirinya dan Aktiva.
Luna berdecak, "Pulang atau lo mau jadi bahan tontonan." ujar Luna kembali menatap Aktiva.
Aktiva menghela berat lalu naik ke atas motornya, "Ini helm, ayo cepatan gue nggak ada waktu!" decak Aktiva.
Luna bersorak ria dalam hati—walaupun tadi dia sempat was-was akan keputusan Aktiva. Bagaimana jika Aktiva menolaknya, bagaimana tanggapan anak-anak, bagaimana popularitas dirinya nanti?
Saat ini Aktiva dan Luna sudah duduk di atas motor sport cowok itu dan melaju menembus hiruk pikuk jalan raya. Setelah melewati perjalanan bebarapa rumah dan sedikit menjauh dari Gemilau world academy—motor sport Luna berhenti disebuah halte taksi.
"Kenapa berhenti?" tanya Luna dengan dahi berkerut.
"Turun!"
"Kenapa?"
"Turun, Luna."
Mau tidak mau Luna pun menuruti permintaan Aktiva, dia turun dan menatap Aktiva bingung.
"Ada apa?"
Aktiva melambaikan tangannya saat sebuah taxsi melintas. Aktiva menatap Luna dengan tatapan dingin dan menarik tangan gadis itu pelan-menyuruh masuk ke dalam taxsi.
"Gue sibuk, lo pulang naik taxsi aja." Aktiva mengabaikan decakkan tak suka dari Luna.
“Pak ini uangnya, antar gadis ini dengan selamat. Untuk alamat bapak bisa tanyakan langsung sama gadis ini.” Luna menyodor beberapa lembar uang berwarna biru.
"Jangan lupa hubungi gue kalau udah sampai!" tanpa sadar tangan Aktiva terulur untuk mengacak surai pirang gadis itu. Kemudia menutup pintu taxsi pelan dan berjalan menuju motor sport-nya.
"Jangan jalan pak!" perintah Luna dengan suara geram.
Setelah memastikan Aktiva pergi—gadis bersurai pirang itu turun dengan membanting pintu taxsi dengan kencang.
"Mbak, mbak!! Ini bagaimana—"
"Pergi dan ambil uang itu!" hardik Luna lalu pergi begitu saja.