"Aku jatuh cinta kepada bagaimana caramu menyentuhku tanpa menggunakan kedua tanganmu."
Lunashya mencoret-coret asal buku tulisnya dengan bosan membentuk coretan absrak. Sementara teman sampingnya Elnara tampak tertidur nyenyak, dengan bermodal tas halus milik Alaina.
Pelajaran bahasa Spanyol di jam terakhir adalah kesalahan terbesar. Belum lagi Miss Rere yang mengajarnya dengan nada lemah lembut membuat para siswa tampak malas dan tak bersemangat.
Kringgg—akhirnya, bel pulang berseru panjang. Membuat semua murid bersorak bahagia, tanpa menghiraukan sama sekali keberadaan Miss Rere.
"Baiklah anak-anak, pelajaran kita lanjutkan minggu depan. Harap tugas sekolah dikerjakan dan segera dikumpulkan." kata Miss Rere seraya melangkah pergi meninggalkan kelas.
Beberapa murid kelas XI IPA 1 langsung berhamburan pulang dan ada sebagian yang masih menetap dengan berbagai alasan. Contohnya; Luna dan Elnara, dua gadis itu tampak masih duduk dibangku.
Mengamati satu persatu teman sekelas mereka yang memutuskan untuk pulang, sekiranya hanya tinggal beberapa siswa yang tersisa dikarena harus bertugas piket.
Luna dan Elnara pun memutuskan untuk pulang, merapikan beberapa buku yang berantakan lalu memasukkan ke dalam tas masing-masing. Dua gadis dengan surai pirang tersebut mengenakan tasnya dan berjalan keluar kelas. Tampak Elnara menenteng sebuah tas berwarna pink dengan bahan lembut—ransel Alaina.
"Lo ada job kan hari ini?" tanya Elnara memecahkan keheningan.
"Hm." guman Luna singkat.
"Sama Sam?"
"Aktiva," Luna menoleh sekilas kemudian kembali menatap kedepan, "Mau coba alat baru."
Elnara menggeleng kecil, "Good luck, Na. Gue duluan yaa mau ke ruang dance, biasa Alana."
"Oh, okey. Kayaknya dia juga udah nunggu di pakiran."
"Pede abis." ledek Elnara membuat senyum Luna terbentuk.
"Yeah!"
****
"Ayo, gue udah telat nih." ajak Luna tanpa basa-basi saat sudah sampai di tempat mobil Aktiva terpakir.
"Benar-benar berasa boss lo ya." gerutu Aktiva.
"So, lo mau apa?"
"Basa-basi dulu gitu kek, ini langsung to the point. Nggak tau apa gue kepanasan nunggu lo."
"Hi, pacar!" Lun tersenyum paksa, "Udah, ayo!" tanpa rasa bersalah gadis itu membuka pintu Audi silver milik Aktiva.
Luna masuk dan Aktiva pun hanya mampu menghela nafas sabar. Cowok itu duduk di kursi kemudi, lalu mulai menyalakan mesin dan melajukan membelah jalan raya mengikuti ribuan pengendara lainnya.
"Kemana?" Aktiva bertanya dengan pandangan fokus ke arah jalanan.
"Apanya?" tanya Luna merasa tak mengerti.
"Kita."
Dahi gadis itu mengerut, kemana-kita-astaga, cowok ini sungguh-sungguh sangat irit bicara padahal jika sudah menyangkut anak haram itu maka seluruh suaranya akan dia keluarkan.
"Kemana?" ulang Aktiva saat merasakan tidak ada jawaban.
"Mabel studio."
"Ngapain?"
"Kepo!"
"Mau ngebabu benaran?"
Luna berdecak kesal, "Gue ngebabu? yang benar aja."