La Douleur Exquise

Afiska Dila Ananda
Chapter #25

Chapter 25|Ultimatum.

“Ada sebuah keretakan pada selubung diam tempat aku menyembunyikan perasaanku, sebuah ketidakutuhan pada bisunya caraku merindukanmu.”

Seorang gadis bersurai pirang panjang berjalan dengan langkah cepat memasuki sebuah ruang kelas dengan plang XI IPA-1, berharap cemas kepada takdir yang akan memperondak-andik dirinya dan sahabatnya diambang kematian. 

“Kenapa?”

“Ada apa?” pertanyaan berbeda namun dilontarkan secara bersama oleh Luna dan Nara saat melihat Chiara tampak berkeringat dingin saat memasuki kelas mereka. 

“Na, gawat Al,” Chiara rukuk sambil memegang dadanya tampak mengatur nafas yang tersegal-segal. 

“Mana inhaler lo!!” sentak Alaina dengan marah. 

“Ada,” sahut Chiara sambil mengambil sebuah alat penyelamatan nafas. 

“Bodo!!” hardik Luna kesal. 

“LO MAU MATI, RA!!” sentak Alaina dengan mata mengintimidasi. 

Chiara tak menghiraukan amarah sahabatnya tersebut. Dia memilih untuk duduk di salah satu bangku dengan menghirup inhaler. Wajah merah dan nafas yang mulai teratur tanpa sadar membuat Alaina, Nara dan Luna menghela nafas lega. 

“Ada apa, sehingga membuat lo menghiraukan asma lo itu?” tanya Nara setelahnya. 

Chiara menyengir polos, “Maap. Okey, gue bodoh.”

“Emang kapan lo pintar!” hardik Alaina pedas. 

“Pedas amat bah.” gerutu Chiara tanpa sadar. 

Alaina memicing matanya curiga, “Gue dengar, Ra.”

“Okey, okey. Jadi begini Al, Ramita ingin bertemu dengan lo sekarang juga di ruang dance.” ujar Chiara ke topic utama. 

Dahi Alaina berkerut, “Bagaimana bisa Ramita tau tentang dance? Perasaan gue belum ada laporan sama beliau.”

Luna menyingir kembali menampilkan gigi ratanya yang terlihat putih, “Gue.”

Alaina mengendus, “Udah gue duga.” gadis itu memutar bola matanya malas, “Ramita di ruang dance sekarang?”

“Iya, Al. Mau ada yang dibicarakan sama lo katanya tadi.”

“Okey.” Alaina melirik sebuah cokelat mahal yang ditengah dipegang Chiara dengan curiga. 

“Dari secret admirer lagi?” tanya Dean.

Lagi?—kata itulah yang pantas menggambarkan cokelat di tangan Chiara, sebab sudah beberapa minggu ini Chiara mendapatkan sebatang cokelat mahal buatan perancis asli di dalam lokernya tanpa note

Dan selama dua minggu itu pula Queen bee sering merasakan cita rasa cokelat made in prancis. Queen bee sudah berusaha mencari tahu siapa pengirim cokelat tersebut, namun sia-sia karena dalam dua minggu belakang ini tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. 

Maka dari itu Queen bee menganggap bahwa Chiara memiliki pengagum rahasia atau lebih trennya disebut secret admirer. Untuk Chiara sendiri tak mengambil pusing malah dirinya menikmati cokelat tersebut dan selalu memasang note balasan di lokernya yang bertulis; Thank you, kalau bisa setiap harinya. 

“Yaudah ayo, Lun, Ra.” Alaina bangkit dari kursinya lalu menatap Elnara sebentar, “Gue keluar dulu.”

“Okey.”

***

“Sorry, Ramita ada apa?” tanya Alaina setelah dirinya dan Chiara duduk di depan Ramita—pelatih ekstrakurikuler dance. 

“Kenapa lo nggak memberitahu gue Alaina?”

“Bukan, gue akan memberitahu lo Ramita.” sergah Alaina. 

Lihat selengkapnya