“Berarti gue orang yang nggak beruntung dong?”
Alaina mengedik bahunya, “Ada beberapa orang yang sulit merasakan jatuh cinta kayak lo, Na. Ketika kita kesulitan untuk jatuh cinta, kita pasti akan bingung atas apa yang sedang dialami.”
“Gue nggak bingung kok, b aja malah.” sergah Luna.
Nara memutar bolanya sebal, “Sergah aja terus sampe mampos.” Luna mendelik tajam.
“Lo pasti bertanya-tanya, ‘kenapa sih gue sulit jatuh cinta?’” kata Alaina membuat Luna kicep.
“Dengar Na, tentu aja lo menginginkan sebuah hubungan dengan seseorang.” tutur Nara.
“Iya, iyaa. Terus pertanyaannya, kenapa gue saat ini belum juga merasakan jatuh cinta, walaupun gue udah pacaran sama Aktiva.”
“Karena boleh jadi hidup lo sedang dalam kenyamanan.” Alana menoleh dan tersenyum penuh arti, “Karir ada, teman banyak bahkan ada Queen bee yang selalu ada untuk lo. Bukannya itu segala keinginan lo udah tercapai, lantas buat apa lagi lo mencari pacar?”
“Butuh dong, Al. Teman emang banyak, terus Queen bee emang selalu ada untuk Luna, tapi ini anak juga harus keluar dari zona nyamannya. Mungkin cari pacar adalah solusinya, pacar sama teman itu beda, Al. Mungkin dengan adanya pacar hidup Luna akan lebih cemerlang.” komentar Nara.
“Lo pernah jatuh cinta nggak, Na?” tanya Alana dengan serius.
Luna menggeleng, “Selama lima belas tahun gue idup sama sekali belum merasa jatuh cinta.”
“Lo itu menjalani kehidupan lo tanpa pernah mencari pasangan. Sampai pada suatu ketika lo bosan menjalani kehidupan sendiri. Lo nggak bisa berbuat banyak, sebab lo orang yang sulit merasakan yang namanya jatuh cinta.” terang Nara membuat Luna mendesis sinis.
“Emangnya lo pernah jatuh cinta?” desis sinis Luna.
“Pernahlah.” bangga Nara.
“Siapa?”
“Adal—”
“Bumi, pacar yang niatnya jadi bahan taruhan.” cetus Alana membuat
Nara membelalakkan matanya tak percaya.
Luna berio ria, karena tak mau mengambil pusing dengan hubungan Elnara. Hubungannya saja belum jelas, mengapa pula harus mengurusi hubungan orang.
“Na, Bisa jadi semua itu diakibatkan oleh diri lo sendiri, yang udah terbiasa dengan kesendirian.” cetus Alana.
“Jones dasar.” cemooh Nara dengan nada bercanda.
“Lo itu udah kelewat nyaman meraih segala sesuatunya sendiri. Karir yang udah ada, teman-teman yang loyal, dan hal-hal lain yang buat hidup lo nggak ada kurangnya.” ujar Alana membuat Luna mendadak meremang.
“Alhasil lo bingung alasan mengapa lo mesti berpacaran lagi? Masa iya cuma gara-gara bosan atau balas dendam.” ungkap Nara.
“Iya sih, tapi gue masih fine-fine aja dalam membuka hati.” kilah Luna.
“Sejatinya lo udah mencoba untuk membuat hati dan memperluas pertemanan lo, tapi memang selama ini belum ada yang cocok.” ultimatum Nara.
“Atau jangan-jangan standar lo selama ini terlalu tinggi.” tuduh Alana.
“B aja.” sahut Luna cuek.
***
Jika dalam keadaan gerah karena terlalu banyak bergerak atau membuang energi, biasanya gadis bersurai pirang itu memilih untuk mengadem untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal.