“Terkadang ada yang tidak bisa kita bicarakan, kita juga harus melewatinya dengan diam.”
Lunashya Kensky : Kita putus.
Aktivabn : Maksud kamu?
***
Sepasang iris cokelat cerah menatap dirinya di cermin sebelum turun dari mobil. Gadis itu menghela nafasnya berat, dia tampak redup dan kini pancaran teduh dari iris tersebut seolah hilang digantikan dengan poker face.
Semalam dia tidak bisa tidur, bukti yang bisa memperkuat pernyataan tersebut adalah dari wajah gadis itu yang kini terlihat pucat dan tak bergairah. Kesedihan menutupi keistimewaannya.
Setelah cukup merenung dia memutuskan untuk segera turun. Memasang wajah seolah tidak ada apa-apa, membuat dirinya masih menjadi sorotan di sepanjang kolidor menuju kelasnya.
Dia menggigit bibirnya saat iris cokelat cerahnya bertabrakan dengan iris hitam legam milih cowok di depannya. Sial—dia melupakan sebuah fakta bahwa selama ini kelasnya dan juga kelas cowok di depannya berdekatan hanya terpisahkan lorong menuju lantai tiga.
Sejenak iris mata kami masing-masing terpaku, saling menyalami dengan berbagai perasaan. Sudut mulutnya terangkat, dia memberikan seringai miring dan memutuskan kontak mata yang terjadi dengan cowok tersebut.
Tanpa menghiraukan tatapan tajam dan rahangnya menegang dari cowok tersebut, dia melangkah memasuki ruang kelasnya yang kebetulan sudah mulai ramai. Namun sayang, sebuah cekalan didapatkan gadis itu sehingga kini mereka saling berhadapan.
Cowok itu merapatkan bibirnya, namun rahangnya terkatup. Otot di rahangnya menggejang, darah mendesir merangkak naik ke wajahnya.
“Apa maksud dari line mu kemarin malam?” entah karena tatapan cowok tersebut yang kini tampak berbeda atau karena seruan tak terima dengan suara berat yang barusan saja dilontarkannya mampu membuat seluruh pasang mata menatap mereka.
Bahkan teman sekelas gadis tersebut sudah menghambur keluar, murid-murid yang kebetulan sedang berjalan diarena lantai dua juga ikut menghentikan langkahnya. Jika biasanya yang melakukan drama queen secara gratis adalah Elnara, maka kini adalah sahabatnya.
Lunashya—pengendali Queen bee, murid tidak pernah bermasalah dan membenci semacam drama queen, kini tengah menjadi sorotan dan tontonan karena hanya seruan cowok most wanted yang terkenal membenci menjadi pusat perhatian.
“Putus kan?” gadis itu tersenyum simpul.
“Kenapa kamu secara tiba-tiba minta putus?” seolah tak terima dengan jawaban dari lawan bicaranya dia kembali memprotes.
“Gue dan lo aja bisa pacaran secara tiba-tiba, kenapa putus nggak?” dia memaksakan senyum.
Cowok itu, Aktiva tengah mengacaukan wajahnya dengan ucapan kasar. “Aku ada buat salah? Maap!”
“Untuk?”
“Jika aku ada salah.”
“Oh, tentu saja lo nggak ada salah,” sudut mulutnya mencibir, “tapi tetap aja kita putus, Tiv.”
“Apa?! Bagaimana bisa kita putus secara tiba-tiba?”
“Tentu saja bisa!” Luna mengendus.
“Aku menolaknya!!”
“Heh, emangnya lo siapa yang berani—”
Luna melotot saat Aktiva menarik tengkuknya, membungkam mulutnya dengan cepat. Aktiva melumut bibir Luna, ada keinginan besar untuk membalas ciuman itu namun secara cepat ditepis keinginan tersebut.