“Selemah apapun dirimu, sehancur apapun hatimu. Ingat satu hal, senyum.”
Aktiva tidak pernah merasakan sebuah perasaan gelisah seperti ini, namun entah mengapa hari ini dia begitu gelisah dan ketakutan tampak terlihat disorot mata iris hitam legamnya.
“Amara masih tetap cantik walaupun dia udah punya anak,” kata seorang gadis berambut hitam.
Aktiva menoleh ke kursi depan. Haruskah dia merasa lega kemudian tersenyum, ayolah masalahnya bukan itu. Dia hanya belum siap dengan apapun yang akan terjadi nanti, hanya itu.
Aktiva harus yakin bahwa keputusannya sudah benar, dia percaya karena kini bukan hanya ego dan tanggung jawab semata. Melainkan ada Adishree sekarang, anak kecil yang akan memanggilnya Papa sebentar lagi.
“Mau turun nggak nih,” sentak seorang pria dewasa dengan senyuman menggoda.
“Eh.” Aktiva terkejut saat menyadari bahwa mobilnya sudah berhenti di sebuah rumah besar berwarna dominan cream.
Rumah Luna.
Ketakutan melintas di wajahnya saat pintu penumpang yang terbuka menampilkan bentuk rupa rumah tersebut. Sial—karena terlalu hanyut ke dalam lamunan dia sampai tidak menyadari arah jalan yang menunjukkan kompleks rumah Luna.
Perasaan sesak, gelisah, marah, sedih datang menghampiri dirinya membuat Aktiva ingin kabur dan membatalkan keputusannya. Namun Aktiva sadar, bahwa semua ini harus dia lakukan.
“Selamat datang.” sambut seorang wanita dewasa dengan berpenampilan anggun. “Silahkan masuk.”
Langkah Aktiva terhenti ketika menemukan seseorang wanita dewasa yang sangat dikenalnya sedang berdiri diruangan bersama dengan seorang gadis kecil digendongannya.
“Jeng, Lady.” sapa Amami—Ibu Aktiva dengan senyum merekah.
“Ah, mari duduk.” Lady tersenyum simpul.
Kecanggungan mulai terasa saat seluruh keluarga mendadak mengunci mulutnya. Dan kini hanya suara anak gadis kecillah yang membuat suasana canggung memudar.
“Dimana Mommy, grandma?” tanya gadis itu dengan bibir mengerucut.
“Mommy disini babygirl.” seseorang muncul dari tangga membuat anak kecil itu berlari menghampirinya.
Jika anak kecil itu bersorak senang, maka berbeda dengan Aktiva. Dia cukup terkejut dan mematung saat melihat wajah cerah dan senyuman yang mempesona. Belum lagi sepasang lesung pipi yang membuat wanita itu semakin terlihat cantik, senyum yang merekah membuat wanita itu kelihatan bahagia.
“Selamat datang Ny. Negara dan Tuan Negara.” ucap wanita itu dengan duduk disamping Lady. “Senang bisa kembali bertemu.”
“Ini Adishree.” wanita itu mengelus rambut pirang anak kecil yang berada disampingnya. “Adishree Kensky Caria Negara.”
“Adish mereka adalah grandma dan grandpa mu juga.” Adishree melirik sekilas kemudian beralih menatap Ibunya dengan pandangan bertanya.
“Adish ada dua nenek dan kakek?” tanyanya dengan suara lemah.