La Douleur Exquise

Afiska Dila Ananda
Chapter #48

Chapter 48|Ending?

“Hidup itu nggak melulu soal cinta. Belajarlah untuk menjadi pribadi yang realistis.”

Di dunia ini, tak ada sesuatu yang benar-benar abadi. Kita pun mungkin pernah kehilangan materi, kesempatan, cinta, sampai orang-orang yang kita sayangi. Kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup memang berat.

Semakin berat keterikatanmu padanya, semakin besar pula kepedihan yang kita rasakan. Kalau kita sedang mengalami itu, cobalah berusaha ikhlas akan kehilangan itu. 

Hal-hal penting itu mungkin tak serta merta kembali ke hidupmu. Entah itu materi, kesempatan, sahabat, cinta atau nyawa orang-orang yang kita sayangi. Karena pada dasarnya, tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua akan menghilang, termasuk diri kita sendiri. Hanya saja, tak ada yang tahu siapa yang bakal menghilang duluan dan yang ditinggalkan. 

Terkadang, yang ada di posisi kehilanganlah yang merasa pedih mendalam, seperti gadis bersurai pirang itu. Padahal hidup harus terus berjalan, sehingga mau tak mau, gadis itu harus belajar ikhlas melepaskan dan terus maju ke depan. 

Pernikahan repsepsi itu dilaksanakan dengan keinginan Amara dan Aktiva, menjadikan sebuah pesta pernikahan yang luar biasa mewah. Segalanya dirancang dengan matang, gaun Amara sengaja di desain dan dirancang secara khusus dari Italy.

Makanan dikelolah oleh dua negera, negara kelahiran Aktiva dan Amara, Amerika dan Italy. Gadis-gadis seakan menjadi iri dengan kemegahan pesta tersebut, membayangkan seandainya merekalah yang sedang melangsungkan acara tersebut. 

Tetapi tidak dengan gadis bersurai pirang yang disanggul elegant tersebut, Lunashya. Dia terlihat suram dan menyedihkan, walaupun penampilannya sungguh cantik bak ratu Cleopatra namun siapa pun dapat melihat bahwa tidak ada sorot bahagia yang terpancar di iris cokelat terang tersebut.

Banyak pasang mata yang menatap gadis itu dengan tatapan memuja dan terpesona. Bahkan ada yang secara terang-terangan mencoba menarik perhatian gadis itu, namun hanya ditanggapi acuh dan dilenggang begitu saja sehingga gadis itu dicap gadis yang sombong dan sok jual mahal. 

Namun ketahuilah; gadis itu benar-benar merasakan kehancuran dirinya dimalam ini.

Ketika Luna menuruni tangga, seketika itu juga hatinya terasa sakit dan nyeri secara bersamaan. Semua orang yang hadir di pesta ini berpakaian spektakuler dengan gaun rancangan terbaru dari berbagai desainer ternama.

Mereka terlihat menikmati pesta dengan berpesta pora, kebahagiaan tampak tercetak jelas di wajah mereka seakan mereka tidak peduli bahwa ada seorang gadis yang menderita diatas megahnya pesta tersebut. 

Ketika Luna melangkahkan kakinya menuruni tangga, semua pandangan tertuju padanya. Sehingga Membuat gadis itu tak nyaman dan berkeringat dingin. Oh ayolah, Luna kemana gadis yang biasanya acuh tak acuh itu, kenapa pula sekarang menjadi gadis yang lemah dan tak berdaya. 

Luna mencari-cari seseorang untuk menjadi alasan utama dia memijak kakinya di ballroom itu. Namun sepertinya takdir berkata lain, dia sama sekali tidak mengenal satupun dari sekian banyak orang di ballroom itu. Teman-temannya pun seakan ditelan bumi, batang hidung pun tak terlihat sama sekali. 

Kemana mereka semua sebenarnya?

Dengan kepercayaan diri yang telah kembali walaupun sedikit, dia memilih melangkahkan kakinya ke sudut dekat jendela, memilih untuk mengamati pemandangan dari jendela di malam hari.

“Itu Luna kan, mantan Aktiva?” sebuah suara sindiran terdengar seolah sengaja dikeraskan supaya yang disindir mendengar. 

Luna berbalik dan menoleh. Dia mendapati segerombolan gadis-gadis dengan dandanan menor tengah melirik dirinya secara terang-terangan dengan tatapan iba dan kasihan. 

Lihat selengkapnya