Hal terbaik pada hari itu, setelah ironi pinangan Pak RT, adalah balasan pesan dari Dirga. Melia sedang bersiap-siap untuk pulang ketika ada notifikasi pesan di gawainya. Biasanya dia tidak langsung membuka setiap notifikasi, tetapi kali ini dia memang sedang mengecek agenda di gawainya. Begitu membaca nama Dirtypitty—nama akun Dirga, Melia tidak menunggu lama untuk membukanya.
Aku akan kembali kapan-kapan kalau mau karaoke lagi.
Hanya itu. Tidak ada kata-kata manis. Tidak ada sinyal-sinyal asmara. Bahkan permintaan pertemanan Melia di akun media sosial Dirga masih belum dikonfirmasi.
Meskipun hanya sebatas itu, Melia sudah melayang di awan. Balasan pesan yang singkat itu bisa mengembalikan suasana hatinya yang memburuk sejak tadi pagi.
Melia pulang dengan berkendara pelan. Dia tidak ingin cepat sampai rumah. Untuk apa? Di rumah hanya ada kesendirian. Lebih baik di jalanan, di keramaian.
Rumah itu, apakah masih akan Melia jual jika Dirga berkenan mengisinya tanpa pembelian? Jika, misalkan saja, Dirga tidak mempunyai cukup uang?
House for sale
you can read it on the sign
house for sale
it was yours and it was mine
and tomorrow some strangers will be climbing up the stairs to the bedroom filled with memories, the one we used to share ....
Apakah Dirga masih lajang?
Pertanyaan itu tiba-tiba menyeruak. Ingatan pada tragedi Syamsul, membuatnya merasa bodoh tidak menanyakan itu. Namun, jika diingat, bukankah tampak aneh jika di waktu itu tiba-tiba Melia bertanya perihal status perkawinan?
Situasinya rumit. Dirga mencarinya, sebagaimana kata Indy, karena tertarik pada penampilannya ketika bernyanyi di acara televisi itu. Dia tidak membicarakan rumah yang dijual atau membicarakan Melia yang kesepian.
Bagaimana jika Dirga sudah beristri dan kedatangannya hanya sebagai teman baru yang sama-sama suka bernyanyi?
Pikiran itu membuat kebahagiaan atas balasan pesan dari Dirga menjadi surut. Meskipun harapan itu masih ada, tetapi rasanya setipis polesan bedak muka.
Di gardu gerbang perumahan, beberapa laki-laki sedang menikmati kudapan. Ketika Melia mengangsurkan jajanan yang dibawakannya untuk satpam, dia bertanya, “Lagi banyak jajanan, Pak?”
“Dari Pak RT,” kata Satpam. “tadi ada kumpulan di rumah Pak RT buat pamitan, sekaligus meletakkan jabatan. Tapi belum ada penggantian.”
“Pak RT sudah pindah?”
“Besok. Akan ikut anaknya. Rumahnya udah dijual,” jawab Satpam.