DIKEJAR DOSA

Donny Sixx
Chapter #5

Halusinasi

Di tengah perjalanan, tubuhnya melemah karena kelelahan dan kedinginan tanpa ampun. Ia mulai merasakan hipotermia dan hipotiroid serta mengalami skizofrenia: penyakit jiwa. Kepalanya kembali jadi pusing-pusing. Halusinasi bermunculan satu-persatu. 

Mendadak, ia terkejut melihat bayangan seorang anak gadis kecil, berdiri sendirian membelakanginya di bawah pohon besar itu. Penglihatannya masih agak samar-samar. Apalagi, kabut semakin tebal menghalangi pandangan matanya.

Lalu pelan-pelan, ia melangkah mendekati bayangan anak kecil tersebut, untuk mencoba memastikan apakah yang ia lihat itu nyata, ataukah hanya halusinasinya saja. Sebab, ia belum sadar, kalau dirinya saat ini sedang mengalami skizofrenia tinggi. 

Sebenarnya si gadis kecil itu adalah sebuah pohon kurus, yang tengah berdiri tegak, di bawah pohon besar tersebut. Halusinasinya mulai menjadi-jadi. Ia lalu melihat, bila si gadis kecil, sementara menangis menutup wajahnya, sambil memanggil-manggil Ibunya.

Penyakit itu semakin melahap pelan-pelan kesadarannya, dan merubahnya berperilaku seperti orang gila. Suara dan wujud dari bayangan si gadis kecil yang ia lihat makin terasa nyata. Ia menghampirinya dan seolah-olah, ia tampak memegangi pundaknya dan berbicara padanya, “Dik, kau tidak apa-apa? Kenapa kau ada di sini?” Ia (bayangan si gadis kecil) tidak mau menjawab.

Seperti biasa, ia hanya menangis memanggil-manggil ibunya, dan tidak mau memperlihatkan wajahnya pada Ratna Mewangi. Itu yang ia lihat. Pikiran Ratna Mewangi lebih tak terkendali. Ia lantas bertanya, “Orang tuamu di mana, dik?” sambil menggoyang-goyangkan pohon kecil tersebut yang ia anggap si gadis kecil. Sekali lagi ia kembali bertanya dengan wajah bersungguh-sungguh, “Dik, apa kamu tahu jalan keluar dari hutan ini?” 

Ia (bayangan si gadis kecil) sama sekali tidak mau bicara padanya. Ratna Mewangi tampak seperti betul-betul melepaskan tangannya dari pundaknya. Malahan setelah melepaskan tangannya, ia menangis lebih kuat. Ratna Mewangi jadi kalang-kabut. Apakah yang aku lihat ini nyata? Atau hanya ilusiku saja? Kenapa aku sendiri yang bingung, batinnya. Ia kembali memegangi pundak bayangan si gadis kecil.

“Dik, kalau kamu tahu jalan keluarnya, nanti aku antar pulang. Apa kamu mau?” Ia (bayangan si gadis kecil) masih tak mau menjawab. Ia benar-mulai gila, tatkala ia melihat, tangisan itu lebih keras dan menakutkan. Ia sendiri jadi panik dibuat kacau pikirannya. Kembali ia mencoba memegang pundaknya serupa nyata, “Dik ....” Kali ini, sekonyong-konyong wajah gadis kecil dalam khayalannya itu, langsung berbalik dan berteriak, “Tidak!”

Ia terkejut, tampang wajah si gadis kecil sangat mengerikan, sehingga membuatnya mengedikkan badan. Dan saat itu juga, bayangan yang ia lihat sebagai gadis kecil itu lenyap dari pandangannya. Ia menggerutu, “Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau lari dan bersembunyi? Cepat tunjukkan dirimu.”

Lihat selengkapnya