Sekonyong-konyong, ia mengganas tanpa sebab. Ia menjambak rambutnya sendiri. Satu hingga ratusan helai rambut ikut menempel di jari tangannya. Ia jadi takut-takutan. Bila mendengar suara pohon bergerak digoyangkan angin, ia tertawa dan lari sempoyongan.
Digigit kalajengking pun sudah tidak berasa. Halusinasinya muncul dengan tak pandang waktu. Manakala tingkat kecemasannya semakin tinggi. Ia lari tanpa arah seolah pembunuh berantai sedang mengejarnya dari belakang. Tak peduli semak-semak berduri tajam, ditembusnya dengan mudah seperti tiada hambatan.
Alhasil, langkah kakinya terhenti di bawah dua pohon besar yang menjulang tinggi ke atas, bagaikan sepasang raksasa sang penjaga hutan. Tampak dari cahaya petir, bentuk kedua pohon besar itu sangat ajaib.
Saling menyilang dan rantingnya bertumbuh daun lebar, serta lebih panjang dari daun pohon cempaka. Kalau sebatas penglihatan orang-orang, mereka akan menyebutnya sebagai pohon tua-tua.
Tapi bagi Ratna Mewangi, ia menganggapnya sebagai pohon setan. Sebab, ketakjubannya yang tidak waras, membuat dirinya ingin sekali menyembah kedua pohon itu. “Inikah dirimu, wahai engkau si penguasa kegelapan yang berwujud kayu besar? Aku telah sampai di sini. Tolonglah aku! Tunjukkanlah jalan keluar dari hutan ini padaku! Aku bermohon.”
Ia mengomel, ala-ala seorang dukun yang sementara meminta ilmu pada setan. Dan sepasang bola matanya tengah bersarang di kulit-kulit pohon. Demikian juga, para dedemit sedang asyik menonton seorang perempuan, lagi berakting drama di tengah hutan rimba.
Tiba-tiba saja, ia terserempak oleh sesosok bayangan hitam yang melayang di ujung pelipis matanya, kala rembulan mulai bersinar terang. Namun cahaya petir sisa badai itu masih menyala di langit. Ia memandangi sekeliling, namun, tak melihat apa-apa.
Ia jadi kikuk sesaat. Lalu, bayangan itu muncul kembali dan melayang berkelintaran di depan kedua bola matanya, seakan berlagak sebagai jin ganas yang ingin menakut-nakuti dirinya. Dan celakalah bagi si bayangan hitam, dia tidak sadar kalau Ratna Mewangi telah menjelma menjadi seorang perempuan setengah manusia.
Ratna Mewangi menganggap kalau si bayangan hitam, adalah seekor nyamuk yang terbang berpusing untuk menunggu dikoyak tangannya. Ia segera mengibaskan tangannya ke depan mengusir si bayangan hitam. “Pergi kau dasar makhluk jelek! Aku tak ada urusan denganmu. Pergi sana. Jangan ganggu aku.”