“Kau pasti sudah pernah melihat tempat ini sebelumnya,” kata hantu perempuan itu.
Ratna Mewangi memandang kembali sekeliling hutan. “Ya. Aku melihat jelas tempat ini. Tapi mengapa kau memperlihatkan potongan kisah-kisah menyedihkan itu padaku?”
“Aku tinggal di tempat terkutuk ini selama bertahun-tahun tanpa melihat manusia.”
“Mana mungkin ada seorang manusia yang mau bertemu dengan seorang arwah penasaran, bila mereka tak ingin umur panjang.”
“Kalian manusia memang mengkhawatirkan kematian,” ujar si hantu perempuan.
“Kau juga pernah menjadi manusia pastinya kau pernah merasakan kekhawatiran itu.”
“Ya, dulunya. Sebelum aku diburu orang-orang biadab dan jiwaku dikurung para dedemit terkutuk.”
Bayang-bayang dari nostalgia kematiannya, melingkar di sekujur rupa wujudnya dan bersinar gelap persis serupa arwah penasaran, yang sangat membenci para siluman dan manusia biadab. Dendam-dendam masa lalunya sebelum ia mati, masih membayangi sisi gelap rohnya sampai saat ini. Si hantu perempuan kemudian melayang ke bawah mendapatkan Ratna Mewangi.
“Kau adalah si Cantik itu.”
Mendengar kata “Cantik” membuat si hantu perempuan, mengingat kembali siapa dirinya sebelum ia mati. “Cantik …. aku pun sudah lupa pernah dipanggil dengan nama itu. Nama yang malang. Seorang perempuan yang sungguh malang karena harus berakhir di tempat terkutuk ini.” Si hantu perempuan menarik selembar daun kering dari tanah yang baru tumbang dari ranting pohon. Ia melanjutkan, “Seperti daun kering ini. Jika kuremukkan maka daun ini akan hancur berkeping-keping. Begitulah saat hidupku binasa.”
“Apakah tempat ini yang disebut hutan terlarang?”
“Ya, tempat ini adalah hutan terlarang. Jika kau terperangkap di sini, kau tak akan mungkin bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup.”
“Apa sebegitu mengerikannya hutan ini?”
“Seperti yang kubilang.” Ratna Mewangi tampak putus asa. Ia menundukkan kepalanya. Si hantu perempuan melanjutkan, “Sampai-sampai, aku pun tak akan pernah bisa membawa keluar jasadku dari tempat ini selamanya.”
“Apa ada cara lain untuk bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup?” tanya Ratna Mewangi.
Si hantu perempuan itu hanya diam. Ratna Mewangi mengangkat kepalanya dan menatap tegang pada si hantu perempuan. Si hantu perempuan lalu menjawab, “Para dedemit yang tinggal di dalam sini, tak akan membiarkan siapa pun yang masuk di hutan ini, dapat keluar hidup-hidup. Apalagi kau seorang wanita cantik, tak mungkin para dedemit terkutuk itu membiarkanmu keluar dari sini begitu saja,” tandasnya.
Ratna Mewangi perlahan bangkit dari tanah sambil meremas sebongkah tanah. Ia berupaya berdiri walaupun kondisinya tak baik-baik saja. “Apa kau bisa membantuku keluar dari sini?” Ratna Mewangi memasang wajah sendu.
Si hantu perempuan, terlihat mengangguk pelan dengan wajah manisnya bak senyum asli sesosok setan. “Tapi ada syaratnya.” Ia melebarkan bibir.
“Apa syaratnya?”