DIKEJAR DOSA

Donny Sixx
Chapter #41

Markas pemberontak

Keesokan harinya. Pagi menjelang siang yang begitu mendung, Ratna Mewangi kembali ke jalan masuk menuju tempat persembunyian para pemberontak. Berharap, ia bisa bertemu dengan salah seorang dari mereka. Para pejalan kaki yang berlalu-lalang menatapnya rambang. Mereka tampak heran. Barangkali mereka berpikir: sedang apa seorang perempuan berdiri di pertigaan jalan menuju ke hutan bila perempuan itu tidak gila? Lalu seorang laki-laki setengah baya datang menghampirinya dan bertanya, “Mau ke mana, neng?”

Ia hanya menjawab, “Sedang mencari-cari adiknya yang hilang.” Tanpa banyak bertanya lagi, si laki-laki setengah baya pun berlalu, menyusul beberapa orang yang memikul cangkul menuju ke ladang. Lalu lima menit berselang kemudian, muncullah beberapa pemberontak dari jalur itu. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Ratna Mewangi segera melancarkan aksinya: ia pura-pura menjatuhkan diri dan menjerit pelan di depan mereka untuk mendapatkan perhatian. Kemudian seorang dari mereka itu datang membantu.

“Kenapa neng?”

“Kakiku terkilir.”

“Biar kubantu.” Ia lantas membantu Ratna Mewangi untuk berdiri. “Kau tidak apa-apa?”

“Iya bang. Terima kasih.” Sekonyong, Ratna Mewangi membuat mereka takjub. “Kalian pemberontak, “kan?” Seketika mereka tercengang.

“Jangan bercanda neng, kami tak suka hal semacam itu,” gertaknya.

“Aku tahu lambang yang kalian pakai,” balasnya menegaskan.

“Hati-hati dengan ucapanmu neng. Wajah cantikmu tak akan bisa menjamin nyawamu.”

“Tak perlu berkata seperti itu bang, aku bukanlah mata-mata atau orang suruhan kompeni.”

“Syukurlah! kau tak jadi kami bunuh! Tapi jangan bohong. Kau bisa mati kapan saja dan kami pastikan jasadmu tak akan pernah ditemukan lagi.”

Ancaman semacam itu tak akan pernah bisa membuat Ratna Mewangi takut, sebab ia dijaga oleh si arwah Murni. “Aku tak mau berpanjang lebar lagi, aku ingin bertemu dengan pemimpin kalian,” katanya memasang senyum genting.

“Untuk apa kau ingin bertemu pemimpin kami?” 

Ratna Mewangi mendekat dan menjawab, “Aku ingin bergabung menjadi pemberontak.”

Lalu melintaslah beberapa warga yang hendak pergi ke kebun di depan mereka. Ratna Mewangi bersama para pemberontak itu, menyapa warga tersebut supaya tidak menampakkan kecurigaan. Setelah lewat beberapa warga itu, maka bertanyalah kembali lelaki itu pada Ratna Mewangi, “Apa kau yakin?”

Ratna Mewangi mengangguk. “Iya bang.”

“Baik. Sekarang, kau ikut kami neng. Ke tempat kami. Ayuk.”

Hari itu juga Ratna Mewangi dibawa ke tempat persembunyian mereka di dalam perkebunan dekat kampung. Tersembunyi dan tak banyak orang yang tahu. Dan tempat mereka itu kelihatan lebih mirip serupa penginapan. Ya, bisa dikatakan seperti itulah bangunannya. Kemudian si lelaki itu, menghampiri pintu masuk dan mengetuknya lima kali (kode rahasia mereka).

Lihat selengkapnya