DIKEJAR DOSA

Donny Sixx
Chapter #43

Teluh darah

Saat makan, Ratna Mewangi kembali terbayang wajah si perempuan tua bungkuk yang seringkali membuatnya bermimpi buruk. Ia tak habis pikir, sejak pertemuannya dengan si perempuan tua bungkuk itu, dirinya sudah tak bisa tidur dengan tenang. Setiapkali ia melakukan dosa besar, bayang muka si perempuan tua bungkuk semakin ingin membawanya terjun ke neraka. Ia memang baru semalam mengenal si perempuan tua bungkuk, tapi mengapa wajahnya sering muncul tak pandang waktu? Itu yang jadi kekhawatirannya. Mungkinkah hal tersebut suatu pertanda buruk bagi Ratna Mewangi sebab telah mengenalnya.

Beberapa hari yang lalu, sewaktu bermalam di tempatnya si perempuan tua bungkuk, ia merasa seperti dipasung dalam kuburan sempit. Dan berharap Tuhan mengirim malaikat untuk menyelamatkannya, seperti waktu lampau ia dikubur hidup-hidup di hutan terlarang. Delapan jam bermalam di situ, dirasanya seperti seabad berada di dunia lain. Lebih menakutkan daripada dikejar sesosok hantu kain kafan. Si perempuan tua bungkuk, barangkali menaruh sebuah teluh, atau mantra pengikat atau apalah sehingga membuat dirinya dihantui terus-menerus oleh mukanya yang menjengkelkan. Ratna Mewangi mungkin saja telah mencerna teluh itu ke dalam darahnya sebab matanya tak bisa menembus dinding, kala si perempuan tua bungkuk mengambilkan makanan untuknya.

Si perempuan tua bungkuk, memanglah tak tampak serupa seorang perempuan tua biasa. Arwah Murni juga merasakannya. Seperti takdir yang sudah direncanakan oleh Tuhan atau para dewa langit di atas sana untuk mempertemukan mereka. Atau barangkali saja, di antara mereka, ada yang terhubung dengan kejadian tragis di masa lampau itu. Ratna Mewangi maupun arwah Murni kenyataannya sudah melihat si perempuan tua bungkuk. Dan yang lebih merasakannya adalah arwah Murni. Sebab ketika waktu itu Ratna Mewangi terlelap di rumahnya si perempuan tua bungkuk, ia tak menyadari kalau si perempuan tua bungkuk, menari di depannya dengan menampakkan bola matanya yang putih, seolah ia serupa orang yang tengah dirasuki oleh makhluk halus.

Tariannya itu semacam ritual pengikat. Dan itu hanya disaksikan oleh arwah Murni saja. Kekhawatirannya pada manusia kesayanganya, muncul sesudah setengah jam si perempuan tua bungkuk itu mulai menari. Walau ia tak dapat melihat arwah Murni, ia seakan bisa merasakan keberadaannya. Malah kegaiban tersebut membuat arwah Murni sampai tak bisa berpindah tempat. Mata putih si perempuan tua bungkuk, seolah bisa melihat arwah Murni dan membuatnya kaku serta tak bisa bergerak. Memanggil nama Ratna Mewangi pun sungguh ia tak sanggup. Rengkuhan mata putih si perempuan tua bungkuk dirasanya, sulit untuk dilenyapkan dalam waktu singkat. Semakin dihindari, maka semakin kuatlah mata putih itu membuatnya tunduk. Lama-kelamaan si perempuan tua bungkuk terlihat seperti “Surti” yang sedang menari. Hingga rasa takut pun muncul tatkala ia sudah melayang di atas tanah. Itulah yang disaksikan arwah Murni.

“Tampaknya si perempuan tua bungkuk sialan itu menaruh sesuatu di makananku,” ingat Ratna Mewangi ketika ia berada di rumahnya si perempuan tua bungkuk.

“Beruntung kau tak dibunuh,” celetuk arwah Murni.

“Ada kau,” balasnya. Arwah Murni tersenyum hambar.

“Kulihat dia mirip sekali dengan Surti, musuh bebuyutanku,” katanya, “dan bekas lukanya itu yang masih membayangiku sampai saat ini.”

Lihat selengkapnya