Tidak lama setelah itu, ia pun kembali ke penginapan dengan menyimpan kebencian yang begitu dalam, dan berpikir untuk datang kembali lagi di waktu subuh, demi membunuh kedua orang tersebut. Namun lama-lama ia sadar, bahwa ia tidak bisa bertindak gegabah tanpa ada persiapan yang cukup matang. Lalu masuklah ia di dalam kamar dan kemudian memanggil arwah Murni.
“Ada apa kau memanggilku?” tanya arwah Murni.
“Dua biadab itu mungkin sudah kutemukan,” jawabnya dengan sorot mata yang tajam.
“Lalu apa yang akan kau lakukan?” Ratna Mewangi menggelengkan kepala dan menghela napas dalam-dalam.
“Aku tidak tahu. Tapi, kalau itu memang benar mereka berdua, aku tak akan menahan diri lagi. Akan kuselesaikan dendamku yang belum tuntas.”
“Kau harus berhati-hati. Jangan sampai kau membuat dirimu celaka.”
“Kau pasti tahu, bagaimana aku menunggu kesempatan ini untuk membunuh dua biadab itu.”
“Aku tahu. Tapi kau harus berpikir dulu sebelum bertindak. Salah melangkah, kau bisa mati.”
Ratna Mewangi menatap arwah Murni dan berkata, “Apa kau masih berniat membantuku? Ataukah kau sudah tak mau lagi bersamaku?”