...
( Hanna POV )
Gedung putih dengan latar panggung yang dipenuhi dengan bunga bermekaran menciptakan kesan yang sangat indah kala itu. Bahkan, tempat itu berhasil menciptakan suasana yang haru menusuk ke tubuh para tamu yang hadir.
Rasanya sangat membahagiakan, ketika aku dapat merealisasikan mimpiku untuk menikah dengan pria yang kucintai selama belasan tahun ini. Pria bertubuh tegap dengan balutan kemeja putih dan jas hitamnya. Bahkan rambutnya telah dipoles dengan seindah mungkin untuk menyambut hari berbahagia ini.
Aku menyebutnya sebagai hari terindah dalam hidupku. Ucapan manis dengan janji yang utuh menancap hati ini. berhasil membuat hariku terpaku dengan kuat hingga aku percaya, bahwa masa depan tidak akan berkhianat.
" Hanna, dengan sepenuh jiwa dan ragaku aku bersumpah akan selalu mencintaimu dan bertanggungjawab atas nama tuhan...." Ucapnya sedikit gemetar menahan air matanya jatuh, menandakan betapa bahagianya ia.
Sampai kalimat terakhir telah terucapkan pada janji suci ini baik antara aku dengannya. tentu saja seluruh tamu bersorak, meminta kami saling mengecup kening untuk pertama kalinya sebagai pasangan sah suami-istri.
Senyuman indah merekah diwajahnya bahkan kini ia mencium pipiku dengan lembutnya sampai rasanya sangat berbeda disaat kami masih pacaran.Sungguh membuatku terharu sekaligus sangat bangga bertemu dengan pria sepertinya.
Sampai akhirnya....
" Mas, gak sarapan dulu?" Tanyaku tengah merapihkan dasinya,
Hari ini suamiku berhasil di promosikan dan ia mendapatkan project yang luar biasa dengan direktur departemen utamanya. Tak muluk-muluk pekerjaan itu menghasilkan jumlah uang yang luar biasa sampai diluar dugaannya. Mana mungkinkan ia akan menolak tentang hal yang berbau uang.
" Aku buru-buru, mungkin nanti aku akan datang makan malam." Ucapnya sedikit tergesa-gesa,
Ia mengecup keningku sejenak lalu berangkat.
Kala itu jam terus berputar tanpa henti, aku hanya bisa diam melihat makanan diatas meja yang mulai dingin. Pria itu tak kunjung kembali setelah ia memutuskan untuk pergi menyelesaikan projectnya di luar kota.
Namun, kabar tak pernah hinggap di dalam ponselku apalagi sebuah telpon singkat. Tentu saja aku selalu menunggu seperti ini, dengan makanan yang mulai dingin dan hampir membeku akibat dingin yang lebih ekstrim dari biasanya.
Tak lama pintu itu terbuka perlahan, suara hentakan sepatu pantofel nya terdengar membuatku bersemangat melangkah ke arahnya.Seketika itu hati yang berbunga-bunga mulai Melayu setelah melihat dasinya yang miring dan rambut berantakannya. Ditambah lagi....
"kissmark?!" Batinku.
Tak banyak yang bisa aku utarakan saat ini selain suara detak jantung yang berirama cepat. Kesal, benci, rindu dan sedih semuanya bercampur aduk. Entah aku perlu bereaksi seperti apa.
" Aku sangat lelah, bisakah kamu menyiapkan air hangat untukku?" Pintanya seakan-akan tidak peduli,
Ingin rasanya aku marah saat ini, tapi aku menahannya dan mencoba mengabaikan semua pikiran buruk itu. Sampai akhirnya, waktu menjawabnya. Pria yang ku banggakan selama ini, bahkan ku puja-puja telah mengecewakan ku. Menghancurkan harapan itu perlahan. Ia berselingkuh! Berselingkuh dengan kepala direktur utama perusahaan!.
" Yak! Apa kamu kira!! aku tak melihat kalian berdua sedang bercumbu ah?!!! Apa kamu pikir aku buta?! Kita sudah menikah 2 tahun Marshal!, tapi...."
Suara ku tertahan di tenggorokan merasakan sakit yang luar biasa didalam sana. Rasanya aku tidak bisa bernapas kali ini, sesak sangat sesak. Bahkan mengalahkan duri-duri tajam yang menusuk jiwa ragaku.