Diksi Patah Hati

Sutan Azis
Chapter #3

Jatuh Cinta

Lirih

Banyak yang bilang mawar itu indah, aku tak tahu

Banyak yang bilang melati itu wangi, aku pun tak tahu

Banyak yang bilang juga anggrek itu menawan, aku sungguh tak tahu

Yang aku tahu hanya dirimu;

Matamu yang lebih indah dari mawar

Dan aromamu lebih wangi dari melati

Bahkan wajahmu lebih menawan dari anggrek

Aku yakin, seribu bunga sekali pun takkan mampu jika dibandingkan denganmu

Gita

Di Minggu yang cerah aku terbangun di pagi yang indah, karena kami akan latihan lagi, dan aku bisa bertemu dengan Gita lagi. Biasanya aku sangat malas untuk bangun pagi, tapi hari ini aku bangun sangat pagi. Padahal latihan mulai jam 10, tapi otakku sudah tersadar sejak matahari masih malu-malu untuk menampakkan wujudnya.

Ya, otakku tersadar subuh itu karena memikirkan Gita, bukan karena sekadar ingin latihan. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengannya. Karena kemarin sudah di-booking jadi kami berangkat masing-masing dari rumah dan bertemu di studio.

Kami memulai latihan seperti kemarin, mengkompakkan satu sama lain, menikmati asyiknya permainan kami dan sesekali kucuri pandang ke arah Gita. Aku sangat suka ketika ia sedang bernyanyi, bibir manisnya bergerak-gerak melantunkan suara yang indah, membuatku tak ingin melepaskan pandanganku darinya.

Akhirnya Sabtu dan Minggu pun menjadi rutinitas kami latihan di studio. Kami berempat semakin kompak, lalu aku dan Gita pun semakin akrab. Tapi Zidan dan Akbar tidak tahu kalau kami semakin dekat.

Hari-hari di sekolahku pun semakin padat, kami para siswa terus ditekan untuk belajar, mempersiapkan diri untuk menghadapi UN. Maksudku, kenapa kerja keras belajar siswa selama tiga tahun harus ditentukan oleh UN yang tiga sampai empat hari, dan kalau tidak lulus, mereka akan mengulang setahun lagi.

Bukankah itu suatu hal yang aneh. Karena menurutku setiap orang punya kemampuan dan bakat masing-masing, tapi di sini semua dipukul rata, kalau ingin lulus, ya harus mampu atau menguasai pelajaran yang di UN tersebut. Padahal kan belum tentu semua siswa kemampuan dan bakatnya ada di pelajaran yang di UN tersebut.

Aku jadi teringat kata-kata Albert Einstein, beliau pernah bilang begini. 'Everybody is a genius. But if you judge a fish by it's ability to climb a tree, it will live it's whole life believing that it is stupid'.

Menurutku itu yang menjadi permasalahan sistem pendidikan ini, mereka tidak membiarkan siswanya bebas memilih apa yang disuka. Mereka mengurung bakat-bakat generasi muda untuk tidak berkembang.

"Tam, sepulang sekolah nanti temani aku cari buku di Gramed, yuk," kata Gita melalui pesan WhatsApp.

"Emang mau cari buku apaan, Ta?" balasku sembari membaca buku di dalam kelas.

"Kayaknya aku mau cari buku sejarah, deh."

"Aku?" balasku seraya mengernyitkan dahi.

"Kenapa kamu, Tam?"

"Gapapa, Ta, aneh aja nyebutnya aku kamu," balasku dengan heran.

"Hmm, emang salah, ya kalo aku nyebutnya aku kamu?"

"Yaa ... engga, si, Ta," balasku dengan emoticon senyum.

"Tadi kamu bilang mau cari buku sejarah, Ta?" balasku dengan sedikit ragu untuk mengetik kata 'kamu'.

"Iya, barusan guru sejarah aku, Pak Bakri, ngebahas tentang konflik Afrika Selatan."

"Konflik Afrika Selatan?"

"Iya. Nanti pas ketemu aku ceritain, deh."

Lihat selengkapnya