"KUNTILANAAAAAAAK"
Kedua pria di dalam mobil itu berteriak setelah mereka melihat sesosok wanita dari pantulan spion tengah. Wanita itu melayang tepat di belakang kaca jendela belakang mobil itu, ialah Ratna.
Mendengar teriakan itu mata Ratna seketika membesar. Ia melotot ke arah spion tersebut. Ia seperti baru saja terkena sengatan listrik. Rasa takut yang muncul memberi sebuah kekuatan bagi Ratna. Suhu atas dirinya meningkat, sementara suhu tubuh kedua orang dalam mobil itu menurun. Energi mereka seperti tersedot sedikit demi sedikit.
Ratna tak lagi melayang, ia meraih permukaan kaca. Perlahan Ratna merangkak, ia menempel seperti seekor laba-laba. Ratna merangkak ke atas mobil, ada sedikit gesekan di sana yang menghadirkan goresan-goresan bekas cakaran. Garis-garis itu berasal dari kuku-kuku mengerikan Ratna yang mencengkram dengan geram.
"Dia sudah hilang," seru seorang yang duduk di samping pengendara mobil. Pengendara itu pun memperhatikan spion tengah dan benar saja, ia tak menemukan apapun di belakang sana.
"Iya, Lek. Sudah ga ada. Syukurlah." Keduanya menghela napas lega.
Tanpa mereka sadari Ratna sudah semakin menjangkau bagian depan mobil dan ia masih merangkak di sana.
Beberapa jari kering Ratna menempel di kaca depan. Pengendara mobil beserta temannya pun terjelengar sejenak. Jari-jari itu mulai semakin jelas, ditambah dengan ujung rambut yang semakin turun menutupi kaca.
"AAAAAAAA..." Kedua orang itu berteriak panik ketika wajah Ratna yang dalam keadaan terbalik berada tepat di hadapan mereka, di balik kaca.
Pengendara membanting stirnya berulang-ulang ke kanan lalu ke kiri kemudian ke kanan lagi dengan maksud melempar Ratna dari hadapan mereka. Ia juga menekan tombol wiper.
Pengendara itu melakukan apa yang terlintas di pikirannya begitu saja untuk melenyapkan Ratna, walau itu bukan cara yang efektif. Sebab, Ratna bukan kotoran yang menempel di kaca yang dengan mudah disingkirkan oleh sepasang wiper. Tentu saja karena ia tak lagi bisa berpikir dengan jernih.
Mata Ratna yang besar seperti hendak keluar itu membuat suasana semakin mencekam. Lingkar matanya hitam, sangat kontras dengan kulit wajah yang putih pucat bak porselen usang, permukaannya sedikit retak-retak.
Sebentuk kepala terbalik itu semakin turun dan memunculkan mulut yang menganga lebar menempel dengan kaca. Kedua orang di dalam mobil bisa dengan sangat jelas melihat isi dalam rongga mulut yang busuk itu. Ada banyak belatung menggeliat-geliat di sana.
Pengendara tidak membuat Ratna terlempar, tapi justru ia dan temannya yang terlempar-lempar sendiri mengikuti laju mobil yang zig-zag. Dari kejauhan mobil ini tampak seperti mobil yang dikendarai pengendara mabuk.
TIIIIIIIIN... TINTIIIIIIIIIIIN...
Sebuah truk fuso yang ukurannya lebih besar mengklakson panjang sambil mengedip-ngedipkan lampu sorotnya.
JDEEEEEEEER...