"Malik mau nikah, Mak."
Saat itu Mak sedang menyulam sapu tangan meja makan. Selain membeli Mak lebih suka membuat sendiri ukuran pada sapu tangan tersebut. Hitung-hitung menghilangkan rasa bosan, begitu katanya ketika kularang Mak menyulam. Karena saat menyulam Mak bahkan lupa untuk mengistirahatkan badan.
Mak menoleh sebentar, tak seperti dugaanku sebelumnya jika Mak akan terkejut. Lalu, kembali fokus pada sulaman di tangannya.
"Kenapa tiba-tiba? Kecelakaan?" Kali ini pertanyaan Mak yang membuatku terkejut. Tak menyangka Mak akan berucap seperti demikian.
Aku membuang napas kasar mengusap muka gelisah. "Nggak gitu, Mak. Malik masih tau dosa."
"Malik suka sama dia, makanya Malik nikahi," ucapku lagi.
"Kenapa nggak pernah dibawa ke rumah? Malu, ya, rumah kita begini?"
Mak berujar santai, sementara aku linglung tak tahu harus menjawab apa. Pasalnya, pernikahanku bukan seperti kisah-kisah pasangan lain. Di mana mereka saling menyinta saling mengenalkan pada calon orang tua masing-masing. Akan tetapi ....