Sekolah saat ini masih lengang, belum ada sesosok guru pun di sana. Cika terus menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku panjang di bawah sebuah pohon besar di sekolah barunya itu.
Baru saja memasuki sekolah itu,sudah merayap seribu kegelisahan dalam hati Cika. Cika terdiam sambil menundukkan kepalanya. Perlahan Cika terhanyut dalam lamunan yang selalu menghinggapi hati Cika di kala situasi seperti ini.
Cika harus tersadar dari ketermenungannya ketika sebuah suara mendekatinya.
”Hey lo ngapain di situ, woi bangun lo!” Suara seorang remaja laki-laki dengan ketusnya berseru pada Cika. Cika tersadar dan terpaksa harus melepas lamunannya.
”Gue?” ujar Cika sambil menunjuk dirinya.
“Ya, lo. Emang siapa lagi? Ngapain lo di daerah kekuasaan gue?” tanya remaja laki-laki itu lagi dengan ketusnya.
“Maksud lo gi mana bisa? Gue kan bayar sekolah di sini. Jadi hak gue juga dong mau duduk di mana aja di lingkungan sekolah ini.” Cika membalas dengan sama ketusnya.