Tafakur

Tri sukoco
Chapter #3

Bisikan Hati

11 tahun sudah berlalu Seorang Anak kecil berusia 4-tahun yang selalu berkhayal akan memiliki Ilmu kesaktian kini telah bermetamorfosis menjadi Anak Remaja yang berusia 15-tahun, yang dahulu masa kacil Ku selalu melihat Makhluk gaib entah mengapa semenjak menginjak masa Remaja seakan terhijab tirai yang menutupi Mata Batinku.

Rasa penasaran akan hal Gaib pun ikut terkikis oleh nya, mungkin karna Aku sudah tak lagi bisa melihat Mahkluk gaib. Aku lupakan begitu saja rasa penasaran Ku ini soal hal Gaib.

Waktu itu Aku sudah duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama(SMP), Aku ingat saat di jam mata pelajaran Aqidah Akhlak Guru ku yang Seorang Perempuan sedang memberikan materi pelajaran, seketika itu Beliau menghapiriku dan berbisik kepada ku.

"Suryo, ibu perhatikan kamu ini banyak melamun, apa yang sedang kamu fikirkan" tatapan serius Ibu Guru seakan mencoba menerawang fikiran Ku, tanpa kata-kata Aku jawab dengan hanya senyuman.

Oh iya. Pada waktu itu hari pertama Aku duduk dibangku kelas 9, sebutan untuk kelas 3 SMP. Memang dihari itu Aku dibuat bingung dengan perkataan Hati Ku yang sudah mengganggu konsentrasiku pada saat memperhatikan materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh Ibu Guru.

"kalau kamu sedang punya masalah ceritakan saja kepada Ibu" ujarnya sambil tersenyum.

Ibu Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak ku ini memang murah senyum, ramah, perhatian kepada murid-muridnya, dan sudah pasti beliau penyayang karna jiwa seorang Ibu melekat pada kepribadian beliau.

"ini Bu. Aku kepikiran tentang masa kecilku yang sering melihat makhluk gaib. Akan tetapi semenjak awal Aku masuk SMP, Aku sudah tidak bisa melihat makhluk gaib lagi dan belakangan ini Hatiku sering berbicara kepada ku" dengan serius Ibu Guru mendengarkan ceritaku seakan tak mau terlewatkan dari cerita ku ini.

Kebetulan dikursi meja belajar sekolah Ku, Aku duduk hanya seorang diri karna teman sebangku ku tidak masuk sekolah dikarnakan sedang sakit, katanya. Jadi tidak ada yang mendengar cerita ku ini kecuali Ibu Guru, Aku pun bercerita dengan suara yang cukup pelan. Agar tidak terdengar oleh Teman Satu Kelas ku. Bagaikan obrolan yang sangat rahasia. Yang boleh mendengar hanya Allah, para Malaikat Allah, dan Ibu Guru Ku.

Lihat selengkapnya