Dimensi [Telah Terbit!]

Astrida Hara
Chapter #9

7. Tempat Kenangan

Tempat yang sama, tiga setengah tahun yang lalu. Waktu itu aku dan Galal berdiri di tempatku berdiri sekarang, dengan satu payung di atas kami untuk berlindung dari hujan. Menunggu pintu pagar rumah besar di hadapan kami terbuka.

"Inget, aku ngelakuin ini demi kamu." Galal berbisik kepadaku, gelisah menunggu Karin mempersilakan kami masuk. Galal yang tidak terlalu suka ajang perayaan tapi tidak bisa menolak ketika Farran, suami Karin, satu-satunya sahabat Galal, bersikukuh ingin merayakan pernikahan kami secara pribadi di rumah mereka.

"Galal menikah adalah keajaiban alam ke-8! Lagian sekalian perpisahan kalian ke Jepang kan?" Ujarnya memaksa.

Aku nyengir, "Kamu gak akan nyesel, Sayang. Farran yang ngadain acara. Dia ngerti kamu, pasti acaranya seru! Mau taruhan?"

Gerak Galal seketika salah tingkah ketika pintu terbuka. Namun tanpa taruhan pun, perkataanku terbukti. Hari itu menjadi salah satu hari terindah di tahun pertama pernikahan kami. Galal tersenyum banyak, aku menyaksikan dengan bahagia bagaimana teman-temannya menyayanginya. Galal tidak supel seperti Farran. Tapi ia dikenal karena keunikannya yang senang berpikir dalam sehingga jadi tempat berdiskusi siapapun.

Kenangan hari itu selalu membuatku tersenyum.

Meringankan hati yang terasa berat ketika harus memasuki rumah Karin kini tanpa Galal. Apakah ini keputusan yang tepat?

Kamu harus datang, kata Karin dua minggu lalu.

Pergi aja, Ibu jaga Lafi,  kata ibu berkali-kali.

Aku berhutang kepada Karin dan Farran, pikirku meyakinkan diri sebelum berangkat tadi.

"Tavi..." suara yang lembut membuyarkan keraguanku. Seorang wanita yang kukenal baik berlari kecil menghampiri. "Taviiii.... Kamu dateng!" Karin memelukku, antusias penuh ketulusan. "Makasih ya!"

Aku berusaha memasang senyum tulus yang sama. Karin mengarahkanku ke ruang tengah rumahnya yang mewah. Aku mulai melangkah tapi sesuatu mendadak aneh. Kakiku seolah bukan milikku, pikiranku terasa di luar diriku, hatiku tidak di dalam sana. Lampu di atas kami yang begitu indah dan memancarkan sinar semi oranye memberikan kesan hangat. Lukisan-lukisan di dinding berjajar menyambut kedatangan tamu. Namun keduanya tidak juga bisa kurasakan keramahannya. 

Jiiwaku seolah tertinggal di luar sana dan hanya tubuhku yang bergerak.

Sebuah cahaya menyilaukan mendadak menyerang pandang ketika akhirnya kaki menginjak ruang utama, tempat pusat syukuran anniversary Farran dan Karin. Berbeda dengan kedatanganku bersama Galal waktu itu yang didesain kalem seperti halnya kepribadian sang pengantin laki-laki, kali ini ruangan didesain dengan gemerlap seperti keceriaan Karin. Orang-orang yang berkumpul banyak sekali dan aku mengenal sebagiannya adalah teman-teman kami yang pernah datang di acara pernikahan kami. Berbagai jenis minuman tersedia di beberapa lokasi. Semua wajah bergembira, banyak tawa di udara. Aku tiba-tiba merasa ada yang salah. Tampaknya keputusanku untuk datang ke mari adalah sebuah kesalahan.

"Tavi, sini!" Jihan melambaikan tangannya dari kejauhan. Lega, aku langsung bergabung bersama teman-teman kampusku dahulu. Kami berbeda 3 tahun dengan Farran dan Galal yang merupakan kakak kelas kami. Namun sedari dulu, Karin dan Farran adalah pemersatu mahasiswa di gedung Matematika. Karin yang lincah dan ramah, Farran yang sabar dan pintar. Kombinasi mereka bahkan bisa menyatukan pendapat dosen dan mahasiswa jika kami menyelenggarakan acara-acara baru di kampus.

"Hai, Tav!" Roy, teman laki-laki seperjuangan yang berada di bawah satu bimbingan menyapa. Aku mengangguk ke arahnya, juga kekasihnya yang terlihat meneliti kedatanganku.

"Halo, Tav!" Kali ini Hendra, senior yang lebih tua dari Galal menyapaku. "Halo, Kak!" Sapaanku tidak berubah seperti ketika jaman kuliah. "Apa kabar? Mau diambilin minum?" Ia melanjutkan.

"Eh, oh... air putih aja, makasih." Hendra lalu beranjak dari sandarannya menuju meja minuman.

Beberapa orang terlihat melirikku. Aku membalas tatapan mereka, membuat serentak pandangan mereka beralih. Ketika Hendra kembali, ia menyatakan duka citanya,

Lihat selengkapnya