“Tunggu kelas sepi, gue rasa lu nggak mau banyak orang yang tau juga” tutur Hwall.
~**~
“Jadi apa yang mau lo tanyain?” Ayen to the point pada Hwall.
“Yena sakit apa sebenernya?” tanya Hwall.
“Demam Hwall” jawab Ayen.
“Oke kalo demam, terus masalah lebam? Lo kudu jelasin itu” Hwall.
“Lebam?” tanya Ayen yang sedikit terbata.
“Iya. Gue liat ada lebam di tangan kiri Yena waktu kalian balik dari kafetaria, dan gue yakin itu lebam masih baru, pas pagi nggak ada lebam” jawab Hwall.
“Ooo itu kesentok meja Hwall pas di kafetaria, soalnya desek-desekan” terang Ayen.
“Kesentok meja? Bisa sekeras dan semerah itu Yen?” tanya Hwall yang masih tak percaya.
“I i iya Hwall. Udah kan, gue ada urusan” jawab Ayen.
“Oya, rumah lo depan rumah Yena kan. Gue anterin kesana dong, gue yakin urusan lo itu menyangkut Yena” tambah Hwall.
“Emm gimana ya, gue harus ijin keluarga Yena dulu” ucap Ayen.
“Yaudah ijin aja dulu” jawab Hwall enteng.
Ayen langsung menghubungi rumah Yena yang kebetulan dijawab oleh Ny. Ahn, mama Yena. Ia menanyakan keadaan Yena terlebih dahulu dan membicarakan masalah perijinan apakah Hwall dan temannya boleh menjenguk Yena.