Dinar dan kedua orangtuanya sempat dilarikan ke Rumah Sakit, namun nyawa orangtua Dinar tidak tertolong.
Hanya Dinar yang selamat, walaupun mengalami cidera patah tulang di kaki dan tangan kirinya, akibat benturan yang sangat keras.
Beberapa saat setelah kejadian, Angga Wijaya tiba di Rumah Sakit, bergegas menuju ke kamar jenazah dan menemui kedua sahabatnya yang sudah terbaring kaku.
Angga membuka kain putih yang menutupi wajah keduanya, dengan tangan yang gemetar.
Dipandangi kedua wajah pucat dengan mata yang terpejam, terlihat darah yang telah mengering dikepala dan wajah mereka.
Dia berteriak memanggil-manggil nama mereka, seakan tidak percaya akan apa yang dilihatnya dan berharap kedua sahabatnya akan terbangun dari pembaringannya.
Namun yang dilakukannya sia-sia, kedua sahabatnya masih terbujur kaku diatas pembaringan.
Angga merasakan tubuhnya lemah dan tidak berdaya, ia terduduk dilantai dengan air mata yang masih mengalir melewati kedua pipinya yang sudah memasuki usia paruh baya.