Setelah pelajaran sekolah selesai. Dirham bergegas ke parkiran dan mengendarai sepeda motornya.
Laju sepeda motornya berhenti disebuah toko roti terkenal berlogo kincir angin, merek waralaba roti asal Indonesia.
Tidak lama dia keluar dari toko. Tanpa sepengetahuan Dirham. Alena mengikutinya hingga Dirham kembali kerumahnya dengan membawa sekantong plastik roti yang dibelinya.
Alena sangat cemburu melihat perhatian Dirham ke Dinar. Mobilnya pun berlalu.
---
"Mbok, Mamah kemana?"
"Tadi setelah antar Non Dinar berobat ke Dokter, Ibu mendadak keluar rumah ada urusan sebentar katanya Mas."
"Mbok, ini ada roti, tolong taruh dikamar Dinar."
"Baik mas, oh iya sekalian Mbok mau minta tolong titip Non Dinar sebentar ya mas, Mbok ada urusan."
"Kata Ibu, Non Dinar jangan ditinggal sendirian, takut demam lagi."
"Tapi Dinar sudah minum obat kan Mbok?"
"Sudah mas, sekarang sedang tidur dikamarnya."
Setelah pamit, Mbok pun berlalu. Dirham masuk ke dalam kamar Dinar. Terlihat Dinar sedang tertidur menghadap ketembok kamar, membelakangi pinggir kasur.
Dirham duduk dibangku belajar berwarna baby pink, sambil mengisiri semua barang dan foto-foto yang ada di dalam kamar dengan keingintahuannya.
Di dinding kamar terdapat foto Dinar sewaktu kecil bersama keluarganya.
Ada juga selembar foto berukuran postcard, sewaktu Dinar masih SMP sedang mengenakan pakaian Pramuka dengan topi yang hampir menutupi kedua matanya, terlihat seperti belum siap untuk difoto, Dirham mengambil foto itu dan tertawa sambil menutupi mulutnya, takut Dinar terbangun.
Foto-foto Dinar kecil sangat lucu, menggemaskan dan cantik sama seperti sekarang, gumam Dirham dalam hati sambil tersenyum simpul.