Di malam yang cerah, di hari libur, sebuah mobil berplat ganjil dengan desain cukup mewah baru saja berhenti di depan garasi. Suara mesin yang dimatikan terdengar hingga ke dalam rumah, disusul dengan pintu pengemudi yang terbuka. Tidak lama kemudian, pintu sebelahnya juga terbuka, mengeluarkan Devan dan seorang perempuan yang tampak elegan dalam balutan pakaian kasual namun tetap berkelas.
Devan dan perempuan tersebut berjalan menuju ruang tamu. Ketukan pintu disertai sapaan terdengar hingga ke balkon atas, tepat di depan kamar Dinara yang sedang asyik membaca buku.
Tidak lama, terdengar balasan sapaan dari ayah Dinara yang mempersilakan mereka masuk. "Masuk, Devan, Ica," katanya dengan suara hangat.
Perbincangan mereka di ruang tamu diselingi canda tawa hingga ibu Dinara dan Ridho datang menghampiri. Mereka saling menyapa dengan hangat, menciptakan suasana yang akrab dan penuh kehangatan keluarga.
"Bu, ini ada oleh-oleh," kata Ica, istri Devan, sambil memberikan dua plastik goodybag yang berisi beberapa cemilan khas Jawa Timur. Bau harum dari bungkusan itu segera memenuhi ruangan, menggoda semua orang.
"Alhamdulillah. Terima kasih ya," jawab ibu sambil menerima dan langsung membuka goodybag tersebut untuk disajikan sebagai jamuan. "Ayo, semuanya, mari dicicipi."
"Bu, adik Dinara ke mana?" tanya Devan, yang baru saja pulang bersama istrinya dari jalan-jalan.
"Ada di kamar, Nak," jawab Ridho sambil tersenyum. Devan mengangguk mengerti.
"Silakan dimakan," ucap ibu menjamu.
Devan adalah kakak tengah Dinara, yang menikah dua tahun yang lalu dan kini tinggal di Jawa Timur, mengikuti kota kelahiran istri. Dia memiliki tubuh yang tinggi, proporsional, dan bugar, hasil dari rutinitas olahraganya yang terjaga dengan baik. Wajah tampannya dilengkapi dengan mata yang tajam dan cerdas, mencerminkan kecerdasan dan ketajaman berpikirnya.
Dia mampu berpikir cepat dan logis, sering kali menjadi andalan keluarga dan teman-temannya dalam menyelesaikan masalah kompleks atau merancang strategi. Kemampuan analitisnya tidak hanya membuatnya dihormati dalam lingkup pribadi, tetapi juga profesional. Berkat sifatnya yang tenang, cerdas, dan berwibawa, Devan dipercaya menjadi eksekutif di perusahaan milik istrinya. Di sana, dia dikenal sebagai pemimpin yang visioner, mampu memotivasi timnya dan mengarahkan perusahaan menuju kesuksesan yang lebih besar.
Selain kecerdasan dan ketenangannya, Devan juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan peduli. Dia sering meluangkan waktu untuk membantu rekan kerja dan keluarga, menunjukkan bahwa kekuatan sebenarnya terletak pada kebaikan dan kepedulian kepada orang lain. Keberadaannya selalu membawa rasa aman dan kepercayaan, menjadikan Devan sosok yang sangat dihargai dan dicintai oleh semua orang di sekitarnya.
Berbeda dengan Ridho, kakak sulung Dinara. Ridho memiliki tinggi badan yang beberapa inci lebih rendah dari Devan, namun dengan tubuh yang bugar dan sedikit gempal. Wajahnya tampan dengan kulit bersih, rahang yang tegas, dan mata yang tajam namun tenang. Ridho memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain, selalu peduli dan siap membantu teman atau keluarga yang membutuhkan. Sering mengenakan pakaian kasual yang tetap terlihat berkelas dan rapi, Ridho menambahkan kesan ramah dan dapat diterima berbagai kalangan.