DIPAKSA BERCERAI

Rou Hui
Chapter #1

1. Aku Mau Cerai

Sunyi senyap rumah menyambut Vivian yang baru pulang kerja. Dia mengganti heels tujuh sentinya dengan sandal rumah dan melangkah tanpa suara menapaki lantai granit berpola abstrak. Kakinya terasa pegal setelah dua jam menginjak pedal Honda Brio miliknya di jalanan padat merayap kota metropolitan.

Surabaya semakin hari semakin padat, ramai dan macet. Perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya tak pernah kurang dari satu jam. Mata Vivian melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam, kurang beberapa menit saja. Perlahan dia membuka pintu kamar.

Pemandangan di balik pintu melecut emosi Vivian. Kemeja, celana panjang lengkap dengan sabuk yang masih membelit, juga handuk basah tergeletak begitu saja di lantai. Dia menatap tajam pada empunya barang.

"Kamu tuh ya, nggak bisa berubah. Apa sih susahnya masukin baju kotor ke keranjang? Ini sabuk juga kenapa nggak dilepas?! Aku capek pulang kerja harus beres-beres lagi!" Gerutuan panjang wanita itu menjadi sapaan pertamanya pada suami yang tidak ia jumpa dari pagi hingga malam.

Suami Vivian menipiskan bibir mendengar omelan wanita itu. Sepasang matanya memperhatikan sang istri mengambil pakaian kotor miliknya sambil bersungut-sungut. Pakaian itu dilempar ke dalam keranjang dekat pintu kamar mandi. Orang yang melemparnya kini duduk menghadap cermin besar meja rias.

"Badanku capek banget. Macet parah hari ini!" keluh Vivian di sela kegiatannya membersihkan makeup dengan kapas dan susu pembersih.

Hening.

Tak mendapat jawaban, Vivian menoleh untuk protes. "Kok kamu diem aja?"

Suaminya hanya mengedikkan bahu. "Mau bilang apa? Kamu sendiri yang nolak pakai sopir."

Benar.

Masalah sopir sempat membuat mereka bertengkar hebat. Suaminya ingin Vivian diantar sopir sebagaimana layaknya istri seorang lelaki mapan dan sukses. Sebaliknya, Vivian ingin mandiri dan mengemudi sendiri.

Wanita itu bungkam dan memilih mandi. Tidak lama. Dia keluar dari kamar mandi memakai piyama berenda, terlihat manis seperti gadis remaja. Rasa rileks sehabis mandi membuatnya mengantuk dan ingin tidur. Vivian naik ke ranjang membaringkan diri di samping sang suami yang sedang memangku laptop.

Baru saja terpejam, wanita itu kembali membuka matanya saat merasakan tubuhnya mendapat beban berat. Pandangannya bertemu dengan sepasang mata tajam milik Revan Halim, suami yang baru saja mendeklarasikan keinginannya dengan memerangkap wanita itu di bawah tubuh kokohnya.

"Aku capek, Rev." Vivian menolak dengan kalimat klise.

"Kapan kamu pernah nggak capek?"

"Kamu jangan maksa lah ...." Tangan Vivian sedikit mendorong dada Revan agar beranjak dari tubuhnya.

Serta-merta Revan bangkit. Mulutnya terkatup rapat dengan rahang mengeras. Lelaki itu meninggalkan ranjang dan berjalan menuju pintu.

"Kamu mau ke mana?" Vivian ikut berdiri.

"Jajan!"

"Kamu udah gila ya!" bentak Vivian.

Lihat selengkapnya