Aku tidak merasa terusik sedikitpun, hanya aku berpikir saat itu, apa yang ia pikirkan pada Melani, karena sorot matanya terlihat sayu menatap Melani.
Saat kami berada di ruang tunggu pesawat, Aldo berada ditempat yang sama dengan kami.
Sebagai seorang lelaki dan Sekaligus suami Melani aku penasaran pada lelaki remaja itu, karena dari tadi matanya hanya menatap Melani, aku memilih duduk di sebelah.
“Mau ke Jakarta juga?"tanyaku penasaran, lama-lama aku terusik juga dengan dengan matanya yang selalu menatap kami sejak dari tadi.
“Iya bang’ saya mau ke Jakarta ke rumah kakak."
“Kenapa lihatin Melani dari tadi, apa ada masalah?" Aku sengaja menatapnya dengan tajam, agar ia tidak melakukannya lagi.
“Tidak, tidak ada Bang,” gelagapan dan pergi meninggalkanku.
Melani dan Tante baru saja datang dari toilet, jadi tidak menyadari aksiku yang menggertak anak ingusan itu. Melani juga sepertinya tidak tau kalau temannya memperhatikannya sejak tadi, ia duduk kembali dengan buku di tangannya, saat anak-anak sebayanya memegang ponsel, ia tidak melakukannya.
Sejak aku tiba di kampung belum pernah aku melihatnya memegang ponsel.
'Apa ia tidak punya alat komunikasi itu?' saat teman sebayanya sudah menjadikan benda yang satu itu barang paling utama,tetapi ia malah berbeda, ia menjadikan buku untuk menemaninya.
Sedikit tentang penampilan Melani, pakaian yang ia kenakan mungkin hanya pakaian itulah yang terbaik yang ia punya, ia memakai celana kulot berbahan karet dan dipadukan kemeja berwarna putih dan sepatu sneaker berwarna putih juga, dari penampilannya aku bisa melihat kalau ia pribadi yang sabar dan pintar.
Umurnya yang boleh di bilang sangat muda, tapi ia bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan keadaanya.
Aku penasaran dengan buku yang dibaca anak remaja seperti dia, matanya terfokus pada buku yang ia pegang
Aku duduk di bangku kosong di sampingnya, aku duduk di sampingnya saja, ia bahkan tidak mengalihkan pandangan matanya dari buku tebal seperti Kamus.
Aku melirik bacaan buku yang dipegang Melani: Panduan Sukses Masuk perguruan Tinggi TPA.
Oh… ternyata tekadnya untuk kuliah tidaklah main-main, karena saat anak remaja yang lain sibuk pegang gadget Melani sibuk mengisi otaknya dengan membaca buku, melihatnya saja pegang buku aku yang langsung mengantuk.
Sebenarnya aku juga penasaran dengan sikap diamnya, apa itu sikap diam alami atau ia jadi pendiam karena keadaan yang ia alami saat ini?
“Aham,” aku terpaksa pura-pura batuk kecil. Ia baru mengalihkan matanya ke arah ku.
“Abang mau minum kopi?”
“Ada?"
“Ada, matanya mengarahkan ke salah satu kantin sederhana.