Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #10

#10 Antara Istri atau Kekasihku

Melani berdiri di pintu kamarku dengan tante dan kakak perempuanku Eva yang saat ini sedang mengandung anak pertamanya, kak Eva tidak ikut menghadiri pesta pernikahan kami karena saat ini usia kehamilannya memasuki delapan bulan, maka itu ia tidak ikut tidak pulang.

 

“Lah, kamu bagaimana Nando, ini Melani kamu tinggalin, maksud kamu, ia mau tidur dimana?” tanya tante.

 

“Oh, iya ampun aku lupa,” kataku menepuk jidat sendiri.

 

“Hadeh, baru kemarin punya istri sudah lupa, bakalan berat ini,” Kata Arnita menimpali

 

“Tidak tau nih, si NaNando,” kata kak Eva tangannya mengusap-usap perutnya yang Buncit, kak Eva sejak hamil kadar cerewetnya meningkat drastis.

 

“Aku hanya ingin mandi tante, sini masuk, sana kalian semua…!” kataku mengusir wanita-wanita cerewet itu.

 

Aku membantunya menarik koper Melani, aku tau ia pasti canggung masuk ke kamar orang lain.

 

“Masuk Mel, ini kamar kita,” kataku, meletakkan kopernya tanganku yang satu memegang kuat handuk yang dililitkan di pinggang, aku tidak mau handuknya terlepas membuat istri kecilku terkejut nantinya.

 

Aku tau gadis kecil ini belum siap untuk melakukannya tugasnya sebagai istri.

 

“Iya bang,” tapi matanya tidak mau menatapku, ia memilih melihat kearah lain.

 

“Kamu bereskan saja barang-barang mu, itu lemariku, aku rasa bajumu masih muat didalamnya.”

 

“Iya bang.”

 

Kriiiing

Kriiing

 

Saat aku menjelaskan keadaan kamarku pada Melani, Mikha menelepon.

 

“Aku mau mandi dulu iya, aku sudah sempat mau mandi tadi.”

 

“Iya,’ ia mengangguk.

 

“Tapi kamu boleh mengganti pakaianmu dulu? Baunya tidak enak bikin kepalaku pusing.”

 

“Iya bang, abang masuk saja dulu nanti aku pasti ganti,” ia menunduk merasa malu.

 

Karena kejadian di pesawat hari ini sungguh sangat memalukan baginya. Tapi sebenarnya bisa saja kita maklumi kalau saja ia mengatakannya terlebih dulu pada kita kalau itu pertama kali ia naik pesawat.

Tapi sayang, Melani tidak melakukannya.

Aku masuk kembali kedalam kamar mandi.

 

“Halo sayang.”

 

“Kamu masih mau menerima teleponku, aku kira kamu sudah melupakanku,” suara Mikha seperti tangisan, membuat hatiku sedih.

 

“Aku merindukanmu sayang , tunggu aku di sana, aku datang, iya.”

 

“Aku juga merindukanmu, datanglah kesini,” kata Mikha di ujung telepon.

 

Tidak perlu berlama-lama dikamar mandi, aku keluar, Melani duduk di kursi dekat meja kerjaku, lagi-lagi ia membaca buku.

Lihat selengkapnya