Dipaksa Menikah Dengan Sepupu

Betaria Sonata L raja
Chapter #12

#12 Hatiku Sedih

“Aku turun di depan saja bang,naik Busway ada yang langsung ke tempat tujuan, Abang putar balik saja ke Kantor.”

Aku menurut, Melani turun

di dekat halte busway sebelum menaiki tangga halte dengan tersenyum kecil ia

melambaikan tangan padaku, lalu  menaiki tangga ke loket pembelian tiket

busway.

 

Aku masih melihatnya naik

keatas,  melihat masuk kedalam loket, barulah aku meninggalkan.

 

Meraih ponsel lagi,

mengabari Mikha, karena aku bisa mengantarnya.

 

“Sudah di mana sayang?”

 

“Ini masih di apartemen

Beb, kamu beneran tidak bisa?” suara manja Mikha terdengar di ujung teleponku.

 

“Ok, aku bisa, kamu

siap-siap saja.” Aku menuju kesana, mengarahkan mobil ke arah apartemen Mikha.

 

Tidak perlu naik keatas

lagi, ia sudah menunggu di depan apartemennya,

wajahnya Mikha sangat

gembira saat mobilku berhenti di depannya.

 

“Ayo.”

dengan cepat-cepat, ia

memasukkan barang-barangnya ke jok belakang.

 

“Aku buru-buru nih Beb,

karena jadwal pemotretannya satu jam lagi,” katanya melihat riasan di kaca

depan mobilku.

 

“Ok, mudah-mudahan tidak

macet.”

kerena penyakit Ibukota

yang sudah mendarah daging adalah macet,

tidak perduli malam,

ataupun pagi, siang, tiada hari tanpa macet.

 

Benar saja, jalanan kearah

Sudirman padat merayap dan bahkan tidak bergerak.

 

Setelah hampir berjam-jam,

kami melewati Jalanan akhirnya sampai .

 

Tapi sayang, pemotretannya

di batalkan, karena Mikha terlambat datang.

 

“Iya…Beb dibatalkan,

kita jalan-jalan saja,

beliin aku tas iya,” rengek Mikha seperti biasa,

aku tidak akan pernah bisa

menolak permintaanya,  menarik membawaku ke salah satu Mall di daerah

Sudirman, Pacifik place

 

Mikha sama seperti

wanita-wanita pada umumnya, gemar belanja dan gemar berdandan cantik.

Karena menurutnya wanita

itu harus selalu tampil cantik

 

“Aku mau tas itu Beb,tidak

mahal kok hanya 10 juta, itu yang KW nya, kalau yang aslinya tidak segitu.”

 

“Lah, kemarin sepatumu

harganya juga sama,

jangan yang itu,” kataku,

mulai ingin mengurangi keborosan Mikha.

 

Ia langsung ngambek,

iya uda ni, aku terima

telepon, bayar dengan kartu Kredit ku saja,

membiarkannya membayar

sendiri, aku menerima telepon.

 

“Sudah, ayo

tangannya bergelayut di

lenganku.

 

“Lah kok, ada tiga,

bukannya tadi hanya minta

tas,”

kataku setelah melihat bag

belanjanya, bertambah jadi tiga.

 

Ia tertawa cengengesan

 

“Aku menambahkan dua

belanja lagi, sepatu dan dressnya bagus,”

 

“Kamu harus kurangi

kegemaran belanja mu itu MIkha,”

aku menekan hidungnya .

 

Saat kami berjalan turun menggunakan

Lihat selengkapnya