“Mi,saya sudah bilang,kan, itu Inisiatif aku yang ingin bantu Nantulang( mertua), pusing bolak-balik bahas itu lagi, Ayo Mel, kita naik dengarin Mami sampai pagi akan bolak-balik bahas itu lagi, Intinya hari ini kita sudah ke Dokter sesuai permintaan Mami, jadi jangan marah lagi. Tunggu dan bersabarlah.” Kataku menarik tangan Melani masuk ke kamar kami.
“Kamu tidak apa-apa Mel?” kutanya, ia hanya mengangguk, ia memang wanita yang kuat, tapi sekuat-kuat wanita aku tau ia pasti terluka, kata-kata kasar Mami sangat menyakitkan.
Aku pikir karena ia pariban ku dan ia satu marga Mami. Mami bakalan baik padanya, tapi ternyata uang tidak punya saudara dan keluarga, Mami sangat kasar dan memarahinya, karena ia khawatir hartanya akan dipakai. Mami berharap Melani berhenti kuliah dan menjaga usaha Mami. Mami memiliki banyak ladang duit, punya kontrakan dan punya kantor koperasi juga.
Ia berharap Melani Lah yang menjaganya, karena kami anak-anaknya tidak ada yang mau meneruskan usaha Mami.
Karena itu Mami ingin Melani, berharap bisa ia kendalikan, tapi pemikiran Melani sangatlah maju, ia ingin menempuh pendidikan tinggi walau dengan jalan yang berat.
Ia berniat membantu orang tua dan adik-adiknya di kampung, ia rela menahan semua cacian dan makian dari Mami, belum lagi aku yang punya wanita lain yang aku pelihara di luar sana.
Saat melihatnya seperti ini, aku merasa aku lelaki paling jahat di muka bumi ini.
Saat wanita peliharaan ku menghabiskan duit ku ratusan juta bahkan sudah hampir satu ember mungkin kalau dihitung-hitung saat kami mulai bersama, tapi istriku disini tersakiti, bahkan duit sepuluh ribu begitu berharga untuknya.
“Abang yang mandi duluan, apa aku?”
“Kamu saja,” kataku.
Ia membawa baju gantinya, sekalian berganti di kamar mandi seperti biasanya setiap kali mandi.
Tit...
Mataku meraih ponselku, pesan dari Mikha. Untuk pertama kalinya untukku tidak ingin melihat isi pesan Mikha.
“Sudah Bang,” suara Melani mengagetkanku.
“Kamu membuatku kaget, Mel,” kataku memungut ponselku yang tercecer di lantai, aku seperti pencuri yang tertangkap basah.
Tapi ia tidak menanggapinya, Ia membungkus rambutnya yang basah dengan handuk kecil, sorot matanya datar, istri kecilku saat ini sudah cantik tidak lagi kucel seperti dulu, tidak ada lagi bekas-bekas pulau di wajahnya, bahkan kulit wajahnya terlihat mulus alami. Ia sering mengoleskan tomat yang sudah diparut sebelum tidur, ia menggunakan yang alami-alami saja ke kulit wajahnya, terkadang ia mengocok putih telur dan dijadikan masker, ia tidak perlu ke salon untuk melakukan perawatan mahal, ia merawat tubuhnya sendiri dengan yang alami-alami.
Berbeda dengan Mikha yang selalu perawatan yang mahal mulai dari alisnya yang di lukis, giginya yang di bikin seperti gigi kelinci, belum lagi, rambutnya yang selalu berganti-ganti warna.
Terkadang menemaninya ke salon tidak cukup dua jam, paling cepat tiga jam, belum lagi biayanya dari aku juga.
Aku dihadapkan diantara dua wanita yang sangat berbeda.
“Abang tidak mandi?” Suara Melani membangunkan ku dari lamunanku.
“Oh, iya aku mandi,” kataku berdiri.