Saat kami turun Mami dan Papi sedang duduk di i ruang tamu.
“Mi, aku sama Melani keluar sebentar,” kataku meminta izin.
“Mau kemana lagi kalian, ini sudah malam,” kata Mami, pasti berpikir aku akan mengajak Melani beli barang dan aku yakin saat kami pulang, Mami akan menunggu kami dan memastikan Melani tidak menenteng apapun. Jika Melani membawa barang, itu akan jadi awal ia mulai marah-marah dan mengungkit semuanya termasuk dari masa lalu.
“Aku mau membeli kertas Mi, kertas di meja kerjaku sudah habis,” aku terpaksa berbohong sedikit.
“Jangan lama-lama.”
“Iya Mi.”
Aku sengaja membawa motorku yang gede, berharap hubunganku dengan Melani semakin dekat. Kebetulan belum terlalu malam jadi mungkin masih banyak tempat makan yang masih buka.
Saat Melani memeluk dari belakang, aku merasa detak jantungku berdetak lebih cepat, ada apa denganku, apa aku jatuh cinta pada istriku?
Berhenti disalah satu restoran Jepang boleh di bilang restoran mewah dan aku sama Mikha sering makan di sana.
“Kita duduk di lantai dua biar bisa lihat-lihat pemandangan, iya.”
“Iya bang.”
“Mau makan apa. Ta?”
Ia melihat daftar menu yang ia pegang, aku pikir ia akan bilang terserah aku, padahal aku sudah bersiap dengan menu yang biasa kami pesan
Tapi, ia memesan sendiri, pilihannya Shabu-shabu hidangan yang berbahan daging dan sayuran menjadi pilihannya dan gyudon semangkuk nasi yang diberi toping daging di atasnya, perpaduan yang tepat.
Orang Batak kalau tidak ada Nasi itu tidak akan pas, sebanyak apapun menu yang disantap, kalau tidak ada nasi tidak akan pas dalam lambung dan itu bukan makan namanya.
Mungkin hal itu sudah jadi perhitungan buat Melani, ia memesan daging plus sayuran dan nasinya juga.
“Sudah?” tanyaku.
“Iya, itu saja sudah cukup,” katanya mengulas senyum tipis di bibirnya, ternyata saat dilihat dengan dekat Melani ternyata manis, sorot matanya terlihat tulus dan apa adanya, tapi terkadang sorot mata itu terlihat sangat sendu, seakan banyak beban yang dipikul sendiri.
Aku terpaksa mengikuti pesanan Melani, kalau biasanya aku dan Mikha selalu pesan Karaage. Ayam yang di goreng dengan tepung dan tempura, hidangan seafood udang yang di goreng dengan tepung yang sudah di bumbui
Mikha suka dengan makanan yang digoreng-goreng, aku terpaksa mengikuti seleranya juga, saat ini aku aku makan menu yang berbeda dengan wanita yang berbeda.
Saat menu pesanannya tiba tangan Melani terlihat sangat lincah dan telaten menyajikannya, tangannya mencelupkan dagingnya rebusan air panas dan memberikannya padaku, ia juga melakukan tambahan dari menu yang sudah disediakan, Ia meminta mie udon dan menatanya dalam piring meletakkannya potongan daging yang sudah direndam ke kaldu air panasnya dan memberikannya padaku.
“Ini, untuk abang.”
Ia juga membuat hal yang sama untuknya, Melani selalu memperlakukanku sebagai suami yang dihormati.
Tadinya aku yang ingin membuatnya terkejut, karena makan di restauran yang mahal, tapi tidak diduga malah aku yang melongo di buatnya.
“Apa kamu sering kesini,Mel?” tanyaku penasaran.